Photobucket

Tuesday, May 24, 2011

Dunia Yang Berbeda


pic : summer@Krakow...


Rasululloh shallallaahu 'alaihi wa sallam memaparkan tentang dunia dan diri beliau, "Apalah aku dan dunia ini ! Sesungguhnya permisalan aku dengan dunia adalah seperti seorang pengendara yang tidur di bayangan sebuah pohon. Kemudian pergi dan meninggalkan pohon tersebut." (HR. Ahmad, At-Tirmidzy dan Ibnu Majah). Subhanalloh! ❤


Percakapan terjadi antara Hasanah dan Angelika, “Kenapa kamu selalu berpakaian tertutup, Hasanah? Bukankah cuaca panas sekali, summer, pasti nanti kamu tambah berkeringat di siang hari…”, ungkap Angelika. Dua orang wanita yang masih berusia dua puluh tahun-an itu berteman di bangku kuliah, sebangsa senegara, namun bedanya Hasanah telah memeluk islam beberapa tahun lalu. Hasanah cuma sedikit tersenyum, tampak mulai terbiasa dengan pertanyaan senada, dan selalu ia jawab dengan secuil kalimat,
“Ini pakaian bagi muslimah, alias wanita muslim, Angelika. Dulu pertanyaan itu juga sering menggelayuti pikiran saya ketika melihat muslimah lain. Pakaian yang menutup aurat ini berlaku sepanjang musim, dan saya memakainya sebagai tanda cinta dan taat kepada Sang Pencipta…”


Jawaban yang demikian memiliki reaksi berbeda-beda. Ada teman Hasanah yang cuek, ada yang tetap ramah di depannya, ada yang bersikap antipati dengan segudang persepsi keliru mengenai hijab, ada pula yang bersikap sinis. Begitu pun Angelika, wanita muda yang cantik, populer di kalangan teman-temannya. Angelika memilih menjauhi Hasanah, “takut tertular gila” tampaknya. Malah pandangan matanya seperti merasa jijik, mengira-ngira bahwa Hasanah berpenyakit kulit, dan sebagainya. Jika Angelika doyan hanging-out bareng teman-teman dan menikmati minuman keras di bar atau café, Hasanah malah lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan, atau jika berkumpul dengan teman, hanyalah untuk urusan tugas kuliah. Hasanah itu ‘paling aneh’ di kampus, selalu pakai penutup kepala yang rambutnya tak pernah kelihatan, tak mau minum minuman beralkohol, dan tak mau dicium (oleh non-mahram, maksudnya), sedangkan “salam pertemuan dan perpisahan” di negeri ini adalah cipika-cipiki pakai bibir dengan siapapun, termasuk antar-tetangga, teman kantor, teman-teman kuliah lelaki maupun perempuan…(hiii, naudzubillahi minzaliik…)


Ada kalanya Hasanah risih dan merasa terpojok juga, apalagi ada muslimah lain yang tidak berhijab seperti dirinya. Maka tak sedikit orang beranggapan bahwa hijabnya adalah bentuk sikap ekslusif dan ‘extrim’.

Sering perasaan hati yang sama seperti Hasanah pun kita rasakan pula...
Lanjutkan aja bacanya di link oase iman-Eramuslim ini yah, sobat-sobat :-)

Barokalloh always, :-) salam ukhuwah dari Krakow! (^-^)

Saturday, May 14, 2011

Welcome Aboard Fly Air Janazah!



Bismillah Walhamdulillah Was Shalaatu Was Salaam 'ala Rasulillah.


Dari judulnya, pasti bikin merinding. Ini adalah sebentuk muhasabah diri ini. Orang-orang beriman senantiasa merindukan “penerbangan” ini, tak lagi peduli nasionalisme, travel antar-negara, antar-benua, karena ini adalah penerbangan paling istimewa. Semoga Allah ta’ala mencatat amalan muhasabah diri ini sebagai bentuk kecintaan atas dekapan hidayah-Nya, telah tertanam dalam nurani kita, hadits rasul-Nya : “Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi).


Welcome Aboard Fly Air Janazah! Selamat Datang di Penerbangan ‘Jenazah Air’...
Ketika kita meninggalkan dunia ini untuk perjalanan terbang yang berikutnya, itu akan menjadi seperti sebuah perjalanan ke negara lain, yang mana rincian “negara“ satu ini tidak akan ditemukan dalam brosur travelling manapun kecuali “telah diiklankan“ dalam Al-Qur’an suci dan Hadits rasul-Nya.


Dimana pesawat kita bukanlah GIA, India Air Lines, British Airways, Gulf Air atau Emirates, dll tetapi bernama “Jenazah Air“.
Dimana barang-barang kita tak diukur maksimal 30kg sebagaimana ’jatah bagasi’ penerbangan, tetapi perbuatan kita, pahala dan dosa tak peduli betapa berat pasti dipersilakan untuk dibawa.

Ada pemberitahuan : Anda tidak perlu membayar kelebihan bagasi. “Semua petugas-NYA” membawa penerbangan ini dengan gratis! Segala prosedurnya patuh pada Sang Pencipta.


Dimana pakaian kita tidak akan ’ber-merk’ tertentu, jas-jas mahal atau sweater bulu, tidak pula kain sutra atau model “fashion“ terbaru, tetapi semua harus berkain kafan putih.
Mana ada parfum, tidak akan Channel, Pco Rabane, dan sejenisnya, tetapi taburan bunga yang menemani.


Dimana paspor-paspor kita tidak akan “rasis” lagi, bukan Indonesia, Malaysia, bukan paspor India, Inggris, Perancis atau Amerika tapi paspor keselamatan yang bernama Al-Islam.
Dimana visa kita tidak akan ada ”izin tinggal maksimal 6 bulan” atau batas expire paspor 6 bulan, tetapi "La illaha illallah" membolehkan kita menikmati penerbangan ini tanpa ada perpanjangan waktu visa. Yang melayani dalam travel ini bukan pramugari cantik, melainkan petugas bernama Izrail, dan malaikat-malaikat-Nya yang lain, tergantung calon penumpang “berteman dengan Rahmat“ atau “Azab“.

...
Innalillahi Wa inna ilaihi Rojiuun...
Mari lanjutkan muhasabah di link oase iman-Eramuslim ini, yah :-)
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nuur : 31)



Sejujur nurani berbicara, tema tentang sakaratul maut adalah favouriteku... itu adalah pelajaran terhebat, terdahsyat yang selalu dapat meluluhkan ego diri ini...
semoga bermanfaat buat kita semua, maaf lahir bathin, syukron jazzakumulloh khoiru jazza, saudara-saudariku yang senantiasa berdekap hidayah-NYA, barokalloh with family...

Salam ukhuwah dari Krakow! :-)

Saturday, May 7, 2011

Konser Pertama Bang Azzam :-)

#Piosenka Francuska, W.A. Mozart,
prosze bardzo!



Assalamu'alaykumwrwb, tahmid wa sholawat... para bunda, dah lama nih gak cerita tentang abang Azzam... ;-)

Di sekolah abang, sekaligus ada sekolah musik dan boleh memilih ikut kelas latihan alat musik yang mana saja, antara lain : kelas Piano, kelas Biola, seruling, drum, gitar, juga ditambah ada kelas drama dan balet. Atas kemauan sendiri, abang Azzam bilang bahwa dia mau ikut kelas biola, latihannya dua kali seminggu sepulang sekolah. Yo wiss, ummi abi merestui saja, dan kelihatannya cuma kelas biola yang paling kurang diminati disitu, jadi malahan bagus tuh, bang yah... Sementara sisi baik lainnya, urusan drama, piano atau gitar, dll disini identik dengan kegiatan keagamaan orang lokal.

suasana konser @dworek białoprądnicki, Krakow

Abang Azzam tak terlalu tertarik dengan internet, dia malah sedang tergila-gila dengan 'maen catur' alias szachy dalam bahasa Poland. :-D
Bagus juga, jadi ummi khan bisa pinjam komputermu, yah nak...hehehe.
pic : Abi pas pulang kantor, langsung ikutan nonton konser pertama si abang (^-*)

Semoga Abang Azzam menyukai biola dengan tetap diiringi sikap istiqomah di jalan-NYA, abi dan ummi selalu do'ain ya, nak... ❤
Abang punya janji baru, nih sekarang : "Mulai semester depan, bang Azzam mau naik tramwajem sendiri berangkat sekolah, karena khan udah mau 8 tahun ;-), dan mau nambah adek lagi, :-D"


dziękuję bardzo

Selamat yah bang...Barokalloh abang Azzam, semoga Allah ta'ala menjagamu dalam limpahan hidayah-Nya sepanjang waktu, amiin... (^-^)

Salam ukhuwah dari Krakow, semoga Allah ta'ala memberkahi aktivitas kita, melimpahkan penjagaan-Nya senantiasa, amiin.

Friday, May 6, 2011

Menjaga Hati Nan Tetap Ikhlas



Assalamu'alaykumwrwb... tahmid wa sholawat, walhamdulillah bisa OL lagi, semoga Allah ta'ala senantiasa memberkahi semua aktivitas sehari-hari kita, amiin...

Ehem...

“lho... masak sih ngasihnya cuma segitu...? Apalagi dari luar negeri, masak infaknya kecil amat, sih...?” keluh seseorang yang kusegani itu. “gak pantes deh, memang sih udah gede bagi orang sini, tapi bagusnya double ngasih dananya...” lanjutnya lagi.

Sudah berulang kali topik seperti ini mampir di telingaku. Bahkan kualami sendiri di depan mata, skala prioritas yang biasanya kita tetapkan dalam menyalurkan zakat, infaq atau sedekah, seringkali “dikomplain” oleh pihak yang kita beri, herannya hal ini biasanya terjadi di tanah air.

Bahkan hal yang seperti itu bisa menjadi ajang gossip di mana-mana. Padahal jika berada di negara rantau, saling memberi bukan hanya tradisi muslim, tetanggaku banyak yang non-muslim. Sekeping coklat saja yang diberikan sulungku untuk teman bermainnya membuat mama anak itu berterima kasih berulang kali kepada kami. Juga saat sepotong roti yang ia berikan kepada pak tua pembersih taman, “ketulusan ucapan terima kasih” bersinar di mata bapak tersebut.

Dan yang paling menyedihkan dari isu di negeri kita akan hal ini, ada sikap yang berbeda dari sang penerima dana kepada donaturnya berdasarkan jumlah rupiah yang diberikan. Mungkin kalian pernah mengalami hal ini, dalam kehidupan bersanak-saudara, ataupun lingkungan pertemanan dan relasi. Dan kebanyakan “pembumbu cerita” telah lupa, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah dia berkata dengan perkataan yang baik-baik atau dia berdiam saja.” (HR. Bukhari) dan pada riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, “Kebanyakan dosa anak Adam adalah karena lidahnya.” (HR. Tabrani dan Baihaqi)

Suatu hari ibu Sishy (bukan nama sebenarnya) bercerita kepadaku, “kalau infak buat ustadzahnya, satu orang lima ribu, neng... saya ngasihnya sepuluh ribu atau lima belas ribu, nah... kalau neng ini kan orang berduit, mestinya dua puluh lima ribu-lah pantasnya...” seraya mimik mukanya meyakinkan kalau “hal pantas” yang diungkapkannya adalah pengertian yang tepat.

Sejujurnya, malas meladeni perangai yang seperti ini. Pernah kuungkapkan perihal “pantasnya sedekah seberapa besar”, subjek aneh ini kepada sang kekasih. Suamiku mengutip nasehat, secuil tapi sangat bermakna, “mi... seorang petani yang penghasilannya cuma sejuta perbulan, lalu dia memberikan 500 ribu saat berinfaq tentulah lebih besar nilainya di mata Allah SWT jika dibandingkan seorang milyuner yang memberikan jumlah yang sama, 500 ribu rupiah. Mungkin bagi si milyuner jumlah itu cuma untuk beli kaos kaki, misalnya. Namun, semua orang tidak perlu menilai “pantas atau tidak pantas” jumlah uang itu, apalagi mereka-reka penghasilan seseorang dan membanding-bandingkan. Itu akan mengotori keikhlasan, dan bisa memancing seseorang untuk menyombongkan diri atau malah emosi... Bisa jadi milyuner itu punya pos donasi sendiri di ribuan yayasan atau rumah santunan lainnya, banyak para dermawan yang merahasiakan dana pemberiannya guna menjaga keikhlasan hati...” ujarnya lembut.


Lagi-lagi 'satu' bab Ikhlas kita petik hikmah-Nya, silakan sobat-sobat baca kelanjutannya di link Oase Iman-Eramuslim yang kita sayangi... :-)

Barokalloh always, salam ukhuwah dari Krakow! (^-^)