Photobucket

Thursday, May 30, 2013

Medical Check Up di Klinik Assa'adah


Bismillah walhamdulillah...

Setelah memegang kwitansi 'sakti' dari GAMCA di keluarga besar fushtun-fushtun itu, saya mengucapkan terima kasih kepada petugas yang bertubuh gemuk tadi, :-) karena "BB udah dicharge, 10% terisi, lumayan...." :-D

Saya bilang, "Nanti saya review langkah-langkah saya dalam prosedur ke Kuwait~yang sederhana tapi ternyata ribet ini, Pak..." ;-)).

*Halooo, Pak! Sekarang lagi baca blog ane, gak nih?*

Lanjut mobil meluncur ke Klinik Assa'adah. Kenapa bukan klinik An-Nuur (yang sebelumnya kami datangi)? Hal ini karena dua alasan. Pertama, saya ogah berjumpa mbak Judes yang tadi itu, alasan kedua karena pas sopir lihat alamat klinik Assa'adah, ini arah jalannya lebih minim macet dibandingkan kalau kami ke arah An-Nuur lagi.

Dua kali salah belokan, rupanya klinik ini lumayan jauh (kalau naik angkutan umum, gak ngerti deh bisa naik apa, stop dimana... khusus buat kami yang 'biasa ngorbit' di Tangerang, dan Jakarta-nya Rw Mangun doang, hehehe....)

Pukul lima kurang beberapa menit, saya langsung berbicara dengan kedua mbak yang duduk di bagian penerima tamu, mereka mempersilakan anak-anak dan adikku istirahat di ruang kecil buat tamu menunggu karena ketiga bocah tidur semua (kami sibuk menggendong...).

Kusebut nama mereka Mbak Mawar dan Mbak Melati saja, keduanya lumayan ramah. Semua berkas penting ada dalam folder dokument di tanganku, "Assalamu'alaykum... Mbak, memang belum tutup yah kliniknya?" ujarku.

"Belum, mbak.... Masih bisa check up, oooh, ini mbak yang nelepon kan yah, yang mau ke Kuwait ?" kata Mbak Mawar.

"Iya, saya yang beberapa kali menelepon, sudah saya turuti nih surat dari GAMCA-nya, hehehehe.... Mbak liat saja tuh kan, anak saya tiga, yang dua balita. Makanya sampai nguber cepat-cepat, kalau bisa sore ini kelar check up, nanti kan result-nya tidak harus saya yang ambil?" masih ngos-ngosan, kemudian saya tunjukkan dokumen yang diperlukan ; copy passpor, buku imunisasi anak-anakku, KK, dll yang memang sudah lengkap disiapkan oleh suamiku, bersamaan dengan ori-fam-visa. Bahkan saya membawa surat keterangan dari bidan dan dokter yang memeriksa anak-anak lagi di Palembang (tapi ini tidak terpakai.)

"Ya, kasian yah mbaknya, repot jauh-jauh datang dengan anak-anak, duh pasti capek anak-anak.... Tapi memang sekarang semuanya di GAMCA, kami cuma pas check up-nya aja, mbak..." Mbak Melati bicara sambil membaca dan memeriksa berkas-berkas. "Komplet sudah, mbak.... ini yang fam-visa-nya tidak usah, nanti ditunjukkan saja pas ambil hasilnya, yah..." sambung Mbak Mawar.

Kemudian keduanya bergumam, "Oooooh, asyik yah mbak, hmmm.... pindah dari Polandia ke Kuwait, hmmm...enak yah, jalan-jalan terus ke luar negeri?" komentar yang sering kudengar sebagaimana biasanya, karena mereka melihat akta kelahiran si kecil yang di Palembang, si adeknya di KL, dan si bayi mungil akta kelahiran dari Poland.

Saya tersenyum dan menjawab singkat, "Semua asyik mbak, namanya hidup, asyik dan enak kalau disyukuri..."

Yang harus anda persiapkan di klinik buat MCU (spesial buat anak di bawah 17 tahun) :

Pas Foto ukuran 4 x 6 sejumlah 4 lembar, copy Akta kelahiran, memperlihatkan riwayat imunisasi dan foto copy paspor. (Saya sudah nyuci foto sampai 20 lembar buat persiapan, hehehe) Pas foto adalah berlatar biru muda, serta buat anak dikenakan bayaran 150 ribu rupiah (^_^)


Dua orang yang tidak ramah di Assa'adah adalah kasir (yang berada di ruang kecil lainnya) dan bapak bermata sipit di ruang X-Ray. Keduanya mengeluarkan pernyataan yang menyakitkan hati.

Langkah-langkah usai dari meja informasi tadi :

1. Mbak Mawar dan Mbak Melati mengisi form dengan melihat data-data saya dan anak-anak, kemudian salah satunya memotret dan mengambil sidik jari (kanan dan kiri), anak-anak tidak perlu.

2. Anak-anak dibuatkan surat keterangan imunisasi apa saja yang sudah dilakukan sejak lahir,

3. Saya menuju ruang kecil tempat kasir dan membayar keperluan surat anak-anak

4. Saya menunggu dua menit (saat itu hanya tinggal empat pasien lagi, semua wanita) kemudian diambil darah. (Sebagaimana di Poland ketika hamil baby Zuhud, setiap bulan saya melakukan check-up 'MCU wajib di Poland saat hamil memang monthly'. Biasanya meliputi morfology darah, HIV, Lever, dan penyakit berbahaya lainnya...)

5. Setelah ambil darah, saya numpang ngecas BB yang sudah kehabisan batere, di ruang perawat yang ambil darah tadi. Kemudian saya disuruh ke WC dan diberi botol buat tes urine.

6. Setelah tes urine, ternyata menuju ruang X-Ray dan tidak disediakan petugas perempuan. Saya di Eropa saja petugas-petugasnya perempuan, lho... Kalau RS yang ternyata bagian scan, USG atau X-Ray adalah lelaki, kita bisa minta petugas perempuan, ini adalah hak kita! Saya berkata dengan sopan, "Maaf, Pak.... Saya minta tolong, yang X-Ray boleh mbak perawat yang itu saja ya, Pak?" (sambil menunjuk mbak perawat di ruang tadi)

Raut muka bapak itu sudah langsung berubah, emosi, terlihat jelas kerutan kesal disana. "Gak ada lagi, yang X-Ray cuma saya!" katanya.

"Tapi mohon maaf pak, Saya sudah bayar untuk medical check up. Dan suami saya tidak ridho kalau petugasnya laki-laki...maaf yah pak, saya minta tolong, yang perempuan saja..." kalimat saya pelan tapi tegas.

Waduuuuh, pas ke Kuwait-nya, malah semua RS dan klinik-klinik WAJIB menyediakan dua ruang semua, yang meriksa laki-laki~ yah harus laki-laki, yang meriksa perempuan~ semua tim medisnya perempuan pula. Apa pernah tim dinas kesehatan GCC country sidak langsung ke klinik-klinik 'NAUNGAN GAMCA-nya' yang ada di Indonesia ini?! :-D Mana kepedulian pemerintah?!

Si bapak teriak manggil Mbak Mawar dan petugas berbaju bebas, "Sudah...kita janjian dulu yah, saya tidak menjamin hasil X-Ray nya bagus yah?! Kalau hasilnya jelek, kamu harus ulang lagi dan ulang lagi X-Ray nya, bersedia?" ujar si bapak.

Saya mengangguk, "Tidak apa-apa..." ujarku. Kemudian mbakku menemani masuk di ruang X-Ray dan harus mengganti baju khusus disitu. Bapak itu belum juga keluar dari ruangan, dia bilang, "Nanti saya keluarnya yah, masih dua pasien lagi yang X-Ray..." dan saya harus memaklumi itu. :'(

Sampai dua pasien tadi selesai, saya tidak keluar dari bilik ganti baju :'( dan si Mbak Mawar serta petugas satu lagi tertawa bersama bapak itu karena si bapak (mungkin bagi dia bercanda) mengeluarkan kalimat hinaan begini, "Ya hebatlah! Bertahun-tahun saya kerja disini, belum pernah ada yang kayak gini... Katanya 'suami tidak ridho kalau petugas laki-laki', hahahahaha, ya sudahlah, memang silakan jadi wanita solehaaaaaaaah (nada 'solehahnya' ditekankan, dan teriakan itu terdengar jelas olehku...), nanti masuk surga, hahahahahahaha...." ketiga orang itu terbahak-bahak.

Kalau tidak ingat Allah ta'ala, saya bisa melampiaskan rasa lelah dan penat ini dengan merobek mulutnya, :-), tetapi walhamdulillah saya masih berpikir positif, saya amin-kan saja do'anya, "Aaamiin.... semoga Allah ridho, suami dan orang tua ridho, serta semua sahabat saya ridho dan ikhlas sehingga melancarkan perjalanan saya sampai akhirat, aamiin..." tenang qolbu dalam dzikrulloh.

Ternyata bapak ini tidak keluar dari ruangan, 'dia hanya duduk di dekat pintu' dan tetap memperhatikan alat X-Ray-nya ketika saya keluar bilik dan X-Ray. :-( Innalillahi wa inna ilaihi roji'uun, saya sudah berusaha maksimal, Ya Allah... Saya serahkan padaMu, hanya Engkau sebaik-baik pemberi adzab setimpal, aamiin.

X-Ray yang agak lama itu tetap dibumbui 'humor sadis' si bapak yang masih terdengar pada saat saya berganti baju kembali.

7. Kemudian di depan ruangan lain (ruang dokter), ada mbak gemuk berbaju coklat (kaos biasa, bukan baju perawat), ia memeriksa tekanan darah, berat badan dan tinggi badan. Lalu ia menyuruh masuk ke ruang dokter...

8. Dan (saya melihat CTKI yang diperiksa sebelumnya disuruh telanjang!) mbak gemuk itu menyuruh buka baju juga, tetapi saya menolak disuruh telanjang (Lhoooo..... what's a hell that time!). Saya melepas hijab di situ, dia mengomentari alergi-an di sekitar kening dan telingaku. Sebenarnya tidak perlu saya jawab, (karena lagi-lagi) saya bukan CTKI! Namanya 'ikut suami', yah meskipun (misalnya) tidak punya tangan, tidak punya kaki, buat apa anda komentari, toh tetap saja saya harus 'ikut suami', alias tetap jadi istrinya kangmasku dan tetap berangkat juga ke Kuwait, ya toh?!

Namun untuk mengobati penasarannya, saya jawab jujur bahwa kulit sekitar kening dan telinga kan 'baru merasakan panasnya Jakarta-ibu kota', "Saya terbiasa di suhu dingin, mbak.... dari Poland, dekat Jerman, dekat Austria... disini panas, lagi pula hormonal juga, sudah tiga bulan merasakan berat berjauhan dengan suami, apalagi menanggapi complain dan ulah anak-anak yang kangen abinya..." si mbak cuma bengong ber-oooh panjang, sambil tetap menyuruh melepas bra! *Ggggggrh!!!*

Lalu mengecek mata, *tes huruf-huruf*

9. Dan datanglah dokter berjilbab lebar nan ramah, mengucapkan salam, dokter ini usianya kira-kira lebih tua sedikit dari ibuku, dokter memasang mimik muka bingung, "Lhooo, mbak ke Kuwait ikut suami?", ujar dokter. "Iya, dok... insya Allah, sama anak-anak, memang kita baru pindah dari Poland..." kataku. Dokter mengecek detak jantung, seraya bilang, "Anak saya juga ikut suaminya, di Aljazair dan Oman... Gak perlu sampai check up semuanya. Kan bukan TKI," lirik matanya seolah bertanya kepada si mbak gemuk. Mbak gemuk mengangkat bahu dan wajahnya seolah berkata, "Saya gak tau apa-apa juga..." :-D

Dokter bilang, "Ya udah, cukup, sehat-sehat... Insya Allah hasilnya bagus semua, duh, padahal tidak perlu sampai check semua...."

Masya Allah... Percakapan ringan yang makin membuatku tahu betapa hancur dan bobroknya urusan prosedur MCU ini!

10. Segera rapi kembali, saya konfirmasi ulang ke Mbak Melati, "Besok pagi jam berapa saya bisa telepon?" dia menjawab, "Setelah jam sepuluh..."

Saya ceritakan percakapan ringan sama dokter wanita tadi, "Dokternya aja bilang, lhooo, kok ikut suami juga check upnya kayak gini? ke GAMCA dulu pula, aneeeeh, mbak...." ujarku, si mbak berusaha tersenyum, "Yaaah, dokternya kan cuma meriksa, mbak.... dia gak tau urusan-urusan prosedurnya...." (artinya si dokter 'cuma' diper-alat untuk ngecek, gitu?! Silakan simpulkan sendiri...)

Zaza,si bunda, dan Zizi yang sudah letih dan kehabisan bekal cemilan, hihihi...

Kami tiba di rumah pada jam delapan malam, sekitar pukul 6 (beberapa menit sebelum adzan magrib) kami meninggalkan Assa'adah, anak-anak sudah terbangun dan mengisi air minum di ruang tunggu tadi.

Keesokan harinya jam sebelas siang saya telepon, di klinik Assa'adah ternyata banyak 'line' teleponnya juga, saya disambungkan dengan petugas khusus 'buat tujuan Kuwait'. Saya menyebutkan nomor urut check up yang kemarin, lalu beliau menjawab, "Hasilnya semua bagus, mbak. Alhamdulillah, tidak ada yang perlu diperiksa ulang..." (Belum tau yah bu, kalau saya setiap mau liburan juga MCU di Poland, hehehe, dan gratis! :-D)

Setelah kupastikan bahwa memang 'result MCU' boleh diambil oleh mbakku, ya udah... Mbakku sendirian kesana dari Karawaci~ dia bawa semua fam-visa original, dan KTP-ku sekalian. Alhamdulillah, perjalanan naik turun bus patas plus bajaj dan angkot lancar, mbakku menunggu sekitar dua jam di assa'adah (karena sertifikat MCU dibuatkan ketika fam-visa original dipegang oleh mereka).

Kamis itu, MCU welldone. Jum'at siang, Pak Ahmad~translator menelepon, SKCK welldone. Namun kami tidak punya pilihan untuk langsung ke Embassy Kuwait-Jakarta, itu kan hari jum'at, weekend dimulai, maka kami menunggu sampai senin.

Alhamdulillah, sabtu bisa istirahat sambil merapikan packing-an, ahad kami berlibur ke taman buah Mekar Sari, saatnya refreshing buat anak-anak, bergembira, bermain, dengan tetap memetik pelajaran :-)

Terima kasih sudah menyimak, sobat-sobat tersayang :-)

:-)Salam ukhuwah, happy busy days...

Barokalloh always!

Wednesday, May 29, 2013

Receh For Books 20013 (projek bang Azzam)




Assalamu'alaykumwrwb.... Tahmid wa sholawat,

Usai membaca salah satu postingan blog di Warung_Blogger, Saya tertarik untuk membantu bang Azzam 'join' projek baru ini : Spesial Receh buat beli buku di akhir tahun. :-) Hostnya di blog ini...

Recehan yang dikumpulkan pada kencleng-kencleng alias cara klasik menabung adalah hal biasa dalam keluarga kami. Saya dan suami menikah ketika masa kuliah, kencleng receh merupakan pos-pos tabungan yang amat bermanfaat buat kami, cara menabung yang menyenangkan. Kalau sudah membeli buku dan keperluan kuliah lainnya, sisa recehan yang 'pos kencleng sudah dijebol' biasanya kami gunakan buat ongkos angkot atau sekedar jajan sup buah dan cimol, hehehe... *memori indah* dan pos kencleng kami tidak pernah kosong, ^_* selalu ada banyak receh buat "siap siaga" kalau ada keperluan mendadak. Alhamdulillah...

Begitu pun bang Azzam, ketika mengenal receh, saat itulah ia mengenal cara menabung ortunya. Maka, Azzam pun memiliki kencleng receh sendiri selama beberapa tahun ini. :-) Azzam biasanya membeli mainan yang diinginkannya, makanan favoritnya serta beberapa souvenir buat nenek kakek dan para sepupunya dengan hasil tabungan sendiri (uang jajan yang dimilikinya selalu punya jatah untuk dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam kencleng recehnya... ^_^)

Jadi, saya ajak ikutan projek ini saja sebagai tugas #homeschoolingnya pula, sebab dalam satu tahun ini, bang Azzam berada di tiga negara berbeda, saya harap dia bisa memilih buku-buku istimewa ketika menikmati masa liburan akhir tahun nanti, serta dapat menceritakan pengalaman berharga ketika mengumpulkan receh for books-nya, saat memilih buku yang diinginkannya, sekaligus pada saat menikmati baca buku dengan hasil projek inspiratif ini, dan melupakan kesedihan serta ketegangan suasana ketika pindah lokasi bersama ummi&abinya, aamiin.

Oke...



Mengenai kelanjutan challenge ini, akan aku bikin lagi buat tahun ini dengan peraturan yang sama dengan tahun lalu :

1. Kumpulkan uang receh dari Januari-Desember

2. Jangan dihitung sampai akhir tahun 2013

3. Setelah semua uang terkumpul, belikan buku yang kamu inginkan/bukunya dihadiahkan ke orang lain

4. Kalau mau ikut, bikin posting mengenai challenge ini di blog masing-masing (tidak harus blog buku) kemudian masukkan link dari postingan kamu di mr.linky J

5. Pasang banner Receh for book(s)



Kalau ada pertanyaan, silahkan 'lari' ke blog-hostnya... Buat yang tahun lalu ikutan challenge ini, ditunggu warp-up post-nya!

Happy Reading (^_^)


Salam Ukhuwah... :-)

Barokalloh! ^-^

Tuesday, May 28, 2013

Urusan Medical Check-Up (Melibatkan GAMCA)... part 2


Bismillah... Assalamu'alaykumwrwb... Lanjutan 'lari-lari' ke kantor GAMCA supaya 'nguber check up' sebelum jam 5 sore.

Saya, tiga jagoanku, satu keponakan yang masih bayi, bunda (mbakku), adikku dan suaminya memasuki kantor kecil di dalam gedung tersebut, (area dekat sekolah Akper dan salah satu SMK kelihatannya). Kartu pers~sewaktu masih di Poland, yang tentu masih berlaku, menempel di tasku. Empat kanak-kanak/ balita dan empat dewasa tentu amat mencolok ketika masuk kantor GAMCA tersebut. Saya langsung berjalan menuju meja petugas (dan si petugas lelaki ini juga menyambut dengan ramah), anak-anak duduk bersama om dan tante mereka.

Setelah menjawab salam, "Ada yang bisa kami bantu, mbak?" ujar petugas berpakaian santai ini.

"Saya mau check up, Pak. Lucunya kok ditolak di klinik-klinik yah, katanya harus kesini, GAMCA ini yah Pak?" saya balik bertanya.

"Benar, mbak. Ini GAMCA.... Bawa duit sejuta gak, Mbak? Mbak mau ke negara mana?" tanyanya lagi.

"Suamiku kerja di Kuwait, saya dan anak-anak akan menyusul, Pak. Sejak kapan harus "dikontrol GAMCA" semua, yah Pak? Sampai-sampai semua klinik menolak dan tetap menyuruh ke GAMCA dulu..." nada suara saya mulai diwarnai emosi, orang-orang di belakang petugas ini mulai kasak-kusuk.

Karena beberapa CTKI yang 'antrian duduk' disitu mulai mengerumuni saya, si petugas mengajak saya masuk.... "Ada dananya, mbak? bawa yah sejuta?" tegasnya sambil tangannya mempersilakan saya masuk ke bilik yang lebih besar. Saya mengangguk, "Kalau itu sesuai prosedur, saya bayarkan, bawa sejuta, iya..." ucapanku beriring mikir-mikir "bakalan ngamukin" di Kuwait-Times sekalian dah*, kalau anak-anakku dimintai semua bea MCU sejuta per-orang (gile aje! jadinya 4 juta, mendingan balik lagi ke Poland, dah, sekalian maen salju, :-P) . Namun ternyata tidak. Untuk dewasa, disuruh bayar sejuta per-orang, untuk anak-anak~ adalah jatah 'catutan' klinik masing-masing, :-D, astaghfirrulloh!

Berikut tiga foto terbaik yang bisa diambil oleh adikku saat petugas bercakap-cakap dengan saya di ruangan GAMCA :

#Info Wajah-wajah petugas di GAMCA mayoritas 'fustun'- alias keturunan Arab Pakistan, begitu... dan mereka biasanya lancar berbahasa Arab, masya Allah! Kebayang sadis, kalau naik haji dan umroh pakai duit MCU, bahagia di atas derita rakyat, *aduuuuh, kebayang mengerikan tuntutan di yaumil hisab kelak*







Saya, mbakku dan adikku+bayinya cuek memasuki ruangan yang ramai itu. Situasinya mirip-mirip di bursa saham :-D ada beberapa meja komputer (katanya kan On-line menyalurkan CTKI untuk medical check-up, memilihkan kliniknya, sekaligus memotret dan mengambil sidik jari (yang berarti pemborosan energi, karena hal ini akan dilakukan double lagi kok, di klinik dan di negara tujuan :-D). Ada informasi buat CTKI di dinding-dindingnya, (lagi-lagi) saya membatin, "Saya bukan TKI, bukan TKW, yah sodara-sodara!" tidak ada info lain yang bisa didapat, selain lidah harus memanjatkan do'a, berpasrah pada balasanNYA, Allah... Hanya Engkau Sang Maha Kuasa. Si petugasnya mengulang-ulang angka satu juta, :-D.

Perhatikan pada gambar, bapak yang berkaca mata, itu pimpinan di kantor GAMCA tersebut. Pria yang gemuk, berdiri dan tampak sibuk, dia yang menyapa di awal dan selanjutnya meminta copy-passpor saya serta menanyakan pilihan klinik. Saya tatap lembaran yang harus diisi di formulir dari GAMCA itu : Nama CTKI, Dibawa oleh, negara tujuan...

Mereka menuliskan nama saya disitu, tulisan 'dibawa oleh: (diisi) Privat', negara tujuan Kuwait, kemudian menghitung dana sejuta rupiah yang saya serahkan. Kata petugas yang gemuk itu, "Ini baru kok, mbak... semua yang privat sekarang harus kesini. Mulai maret ini memang, mbak..." (sesuka ente-lah, tetap saja balasan Allah SWT pasti ada buat ente-ente disitu...)


Si bapak yang berkaca mata berkata, "Kenapa bingung?"

"Iya..." jawabku, "Temanku bilang, medical check up hanya tiga ratus ribuan, Pak. Apalagi ongkosnya besar, jauh-jauh dari luar Jakarta." dia tertawa sinis.

"Sejuta itu kecil, bu! Sedikit sekali ini! Beras, gendum, bensin, sekarang mahal semua di Indonesia! Apalagi nanti BBM naik lagi, harus naik lagi juga ini. Cuma duit sekecil ini aja, masa' bingung!" pedas kalimatnya, ia melanjutkan berbahasa Arab karena menjawab tamunya (yang membawa dua formulir buat umroh bergrup).

"Ooooh, kecil memang buat bapak. Saya di Poland kalau medical check up, full, tiga ratus-ribuan, Pak. Tapi malah gratis karena sudah ada kartu asuransi, gak ada urusan kenaikan BBM..." desisku singkat.

Dia cuek, sambil sibuk kesana-kemari mengontrol 'anak-buahnya', dan parahnya semua CTKW yang dipotret disitu, mereka suruh lepas hijabnya! Ya Allah, ampuni hamba yang tidak kuasa meruntuhkan kezaliman ini. :-'(

Saya tidak bisa berpura-pura senyum, biarlah fotoku disitu jelek. Setelah memilih klinik Assa'adah di form GAMCA tersebut, kami harus segera meluncur kesana. Klinik Assa'adah ini akan sulit dicari kalau kalian melihat nomor-nomor urut di alamatnya. Sebab, setelah nomor 80, bukan rumah nomor 81 (misal demikian). Kami nyasar, dari GAMCA itu sudah setengah lima. :-( Harap-harap cemas mudah-mudahan bisa tiba sebelum jam 5, Alhamdulillah ternyata lima menit sebelum jam 5, kami menemukan klinik Assa'adah tsb, di antara jejeran banyak klinik dan apotek (khusus lingkungan PJTKI/ CTKI).

Saya merasa kasihan sama dikau, boss! Sejuta memang kau anggap kecil, sebab tinggal nyomot dari semua orang yang akan melakukan medical check up buat ke GCC. :-) Padahal dinas kesehatan di Kuwaitnya saja tidak pernah memungut biaya tak resmi selain stamps! Stamps yang cuma 1 KwD. Saya kasihan sama dikau, boss GAMCA! Bagaimana engkau nanti menghadapi sakaratul maut?! Bagaimana engkau kelak berada di yaumil hisab! Bukan satu-dua yang sakit hati! Simak testimoni lainnya atas ulah GAMCA ini :

Eva : MAHAL BANGET YA…BIAYA GAMCA..DAN KENAPA SIH GAMCA HARUS DIJAKARTA,HARUSNYA DISEMARANG JG BISA..DIJAWA TENGAH…CUMA UNTUK MEDICAL DG BIAYA YG SEKIAN ITU HRUS PULA DATANG KE JAKARTA, KASIAN TKI NYA…

Aisya : apa harus medical bagi pembantu yg tujuan arab (krn sy sendiri arab saudi) harus telanjang bulat sedangkan aurat wanita ada batasnya wlupn di depan wanita,kemungkinan bgyg biasa telanjang tak apa2 tapi bagi wanita yg dr rumah menjaga hijabnya ll sampai tempat medical disuruh telanjang,apakah ini memang peraturannya krn sy sendiri merasakan sangat2lah malu dan menjijikkan....dan dipasporan apakah memang bgt tempatnya serba mencaci dr anjing sampai famili2yg ada dikuburan.tak ada niat dr hati tuk balik ketempat pasporan krn beringasnya pr petugas2nya ,... (maksudnya uneg-uneg di imigrasi juga, red.)

P wrote : GAMCA HANYALAH SUATU LAHAN PENIPUAN UNTUK MENCARI UANG DENGAN MENARI NARI DIATAS PENDERITAAN ORANG LAIN. GO TO HELL GAMCA.



Insya Allah besok lanjut : Review ketika di Assa'adah.... (mungkin saja ini klinik yang paling mendingan dibandingkan klinik lainnya~yang spesial GCC, lho....) :-D

Sebaiknya, KPK dan presiden *SBY melakukan sidak di kantor GAMCA, serta PJTKI cs-csnya. Bayangkan boss, yang ke GAMCA, jika sehari 1000 orang, berapa ratus juta pungli dari dana MCU yang sesungguhnya?! Berapa milyar korupsi itu dalam satu minggu saja? Apalagi sudah bilangan belasan tahun keberadaan lembaga tanpa status jelas seperti ini! Padahal CTKI tersebut 'ngutang' dari agen-agen, dari calo... (bukan dibayari majikan! info siapa itu?! Majikan-majikan alias orang Arabs sudah banyak yang saya tanyai, mereka rata-rata tau 'beres', bayar sekian ke agen. Mainan agen itulah termasuk berbelit-belitnya MCU ini, santapan sedap buat yang hobi uang haram. Ekspat aja bayar sendiri buat MCU tsb, apalagi CTKI. :'(....) Padahal bisa jadi, GAMCA telah memiliki dana resmi dari pemerintahan GCC sebagai representatif dinas kesehatannya?!

Saya tekankan lagi dari postingan saya sebelumnya, apabila kalian akan pindah ke negara GCC, maka bersiap-siaplah mengeluarkan dana yang besar. Lebih besar dari pada dana jalan-jalan ke beberapa kota di Eropa, lebih besar dari pada pembelian sepetak sawah atau kebun di kampung, :-). "It's not worthed..." jauh lebih beradab jika pindah ke Eropa memang. Bukan saja perkara dana, belit-belit prosedur dan urusan GAMCA serta penghinaan dan caci maki pihak-pihak di dalamnya merupakan ujian kesabaran tingkat tinggi. Carilah pekerjaan halal dan berkah dengan inisiatif dan inovasi yang tinggi, bukan dengan 'ujug-ujug' pelampiasan menjadi TKW/TKI (khusus saudara/i di bidang informal, yah...). Kalau teman-teman profesional rela membuang nominal uang 'hanya karena menimba pengalaman yang baru' di negara-negara Arab, keberanian itu didukung 'knowledge' yang baik. Sedangkan bagi kalian jika menjadi tenaga informal, *cobalah pertimbangkan ulang* kalian bisa saja bertemu majikan yang baik, namun godaan dunia yang begitu besar (untuk mengembalikan utang-utang kepada agen, rentenir dan calo-calo itu secepatnya) dapat menjerumuskan kalian kepada nista dan prahara yang lebih besar.

Jujur saja, kalau sudah berada di tanah Arab, 'menjadi keji' alias terjerumus amatlah mudah, saudaraku... Banyak ekspat yang terpisah dari keluarganya, banyak buruh yang tinggal jauh dari anak dan istrinya, dan mereka semua butuh pemuasan biologis, dan itu bisa didapat dengan 'membeli tubuh-tubuh kalian', bahkan pribumi Arabs pun bisa memperbudak kalian di kasurnya yang busuk, naudzubillahiminzaliik...

Maafkan, postingan ini memang postingan terpedas yang pernah saya tulis.

Semoga Allah ta'ala senantiasa melimpahkan kemudahan dalam semua urusan dan permasalahan yang dihadapi sobat semua, aamiin... Semoga meraih manfaat dari step-step MCU kami ini :-) aamiin.

Barokallohu fiikum :-)

Salam Ukhuwah dari Kuwait! ^-^ @bidadari_azzam :-)

Urusan Medical Check-Up (Melibatkan GAMCA)... part 1



Perjuangan di jalan itu...^_^

Assalamu'alaykumwrwb...

Lanjutan Urusan Kuwait, yah...

Saya mengetahui tentang GAMCA dari beberapa blog yang pemiliknya adalah pernah tinggal di Kuwait (maupun di negara arab lainnya), eks- karyawan di negara Arab, atau berposisi seperti saya (MCU sebagai syarat verifikasi family-visa karena join suami sebagai ekspat di Kuwait), ada pula pihak yang berusaha netral sebagai pekerja di PJTKI, silakan cari blognya, mudah 'key-word' TKI saja, dear :-).

GAMCA : G.C.C Approved Medical Centres’ Association


Jadi, departemen kesehatan di negara-negara Arab memberikan "Amanat" kepada GAMCA untuk memverifikasi klinik-klinik agar standar MCU-nya sesuai kebutuhan di negara-negara tsb. Itu secara harfiah, teorinya. :-) Pada prakteknya, GAMCA adalah kumpulan calo-pemeriksaan kesehatan, mereka yang memiliki kebijakan pribadi atas tarif MCU tersebut, kerja sama dengan klinik-klinik kecil 'CS-an' PJTKI-PJTKI, manakala hal ini tentu merugikan masyarakat luas (baik yang hanya ziarah, menjadi turis ke negara-negara Arab, yang umroh/ haji, termasuk yang merupakan keluarga pekerja seperti saya, apalagi bagi ribuan CTKI yang tentu sudah banyak mengeluarkan dana untuk urusan dokumen, dsb...) tidak bisa menggunakan asuransi kesehatan yang kita punya, lagi pula pelayanan di klinik-klinik tersebut tidak menyenangkan.

Kilas balik, januari 2013, kami menelepon Embassy Kuwait di Jakarta (telepon dari Poland), info yang kami peroleh : "Oh, bapaknya akan pindah kerja ke Kuwait. Jadi nanti di Kuwait bapak selesaikan urusan iqomah (Civil ID), lalu undang keluarga dengan family-visa. Kemudian ibu silakan membuat SKCK, diterjemahkan ke bahasa Arab dan medical check up, hasilnya dibawa kesini (embassy) serta family-visa original kiriman bapak.... Disini nanti dicap, biayanya sekian... dan sekian..."

"Klinik tempat check up- nya, Pak?" tanya kami. Ia menyebutkan. "Kliniknya banyak, bisa bebas milih.... ada klinik An-Nuur, Klinik Dewi Sartika, Klinik Assa'adah, bla-bla-bla..." ujarnya.

Saya mengandalkan telepon kembali ketika mudik, dari Palembang, bulan februari, iseng menelepon Embassy Kuwait di Jakarta, info yang saya terima masih sama. :-)Kita pikir, simple, check-up, terjemahkan SKCK, kemudian ke embassy dan cap-fam visa, selesai! Karena pada KENYATAANNYA, nanti di negara baru, kita harus check-up lagi sebelum membuat resident-card-nya. Jadi, hasil MCU di Indonesia pas sudah tiba di Kuwait~ sudah tidak terpakai lagi, boleh dilempar ke tong sampah atau buat pembungkus cabe di kulkas. Seharusnya hal ini tidak dijadikan 'projek' bagi pihak-pihak yang peduli kesehatan, yang peduli pada rakyat jelata, yang 'tau diri' dan punya rasa malu dalam mempertanggung-jawabkan amanahNya. Namun yang terjadi di bumi pertiwi, Jakarta-Indonesia, jalan lurus menjadi penuh belokan, yang simple menjadi berbelit sebagai ujian kesabaran, astaghfirrulloh...

Tanggal 31 Maret 2013 ketika family-visa sudah selesai, suami memberitahukan saya. Untuk menghemat waktu (menanti pihak DHL), kakakku menguruskan surat pengantar dari RT-RW-kelurahan, hingga kecamatan (di postingan lalu, tentang SKCK), dan Saya menelepon ulang pihak embassy Kuwait di Jakarta untuk minta nomor telepon klinik buat MCU. Saya pikir, kita pasti perlu 'appointment', kudu hemat waktu dan tentunya hemat bea-sewa mobil dan bensin kalau perginya sekalian ke beberapa tempat :-).

Menurut info di berbagai blog teman, klinik-klinik yang menjadi tempat MCU adalah berada di bawah naungan GAMCA. Setelah salah satu klinik saya telepon, penjelasannya begini, "Oh, kita gak bisa terima pemeriksaan bu. Ibu harus ke kantor GAMCA langsung. Di GAMCA, nanti mereka yang pilihkan klinik dan bayar disana, dipotret dan sidik jari disana juga, bu...."

Saya jawab, "Lhooo.... saya juga baca info dari teman-teman, Pak. Kalau yang ke GAMCA langsung, itu TKW atau TKI. Ini gak koq Pak. Saya bukan TKI...."

"Semuanya sekarang disamain, bu. Sebutannya, ibu privat berarti. Sekarang semua harus GAMCA yang atur. Bayar sejuta per-orang disana, bu, klinik tinggal meriksa aja..." suara di seberang telepon terkesan sudah biasa jadi calo.

Tiga atau empat klinik saya telepon, jawabannya sama! Yang lucu adalah mereka memberi nomor telepon GAMCA tapi nomornya berbeda-beda :-D, "Banyaknyo nomor GAMCA ni! Tapi website resmi dak katek, hahaaaaay..... lintah!" ujar saudaraku lainnya.

Suara di telepon, saya simpan rekamannya. Demi secuil kontribusi sebagai nurani yang membenci tindak korupsi, saya tak gentar menghabiskan pulsa telepon, menelepon ulang kesana-kemari meskipun mereka 'ping-pong' juga kesana-kemari. Saya telepon lagi embassy Kuwait, "Assalamu'alaykum, Pak Azhar..." beliau ini petugas yang menerima berkas kalau anda ke Embassy Kuwait di Jakarta. Saya rasakan getaran suara beliau mulai gugup dan gusar sewaktu saya tanya begini, "Pak, Saya sudah menelepon klinik-klinik yang bapak rekomendasikan buat medical check up, tapi kok ditolak? Katanya gak bisa janjian di telepon, harus melalui GAMCA datang langsung, masa' sih Pak?"

"Oh, iya.... itu peraturan baru, bu. Sepertinya mulai baru-baru ini, ibu ikuti aja aturan GAMCA."

"Bolehkah saya tau, peraturan pemerintah nomor berapa yah Pak, tentang GAMCA ini?" "Ada peraturannya, bu.... ada.... " (Jaka Sembung bawa golok, nih...) "Ya Allah, Pak.... Masa' mahal sekali, di Poland aja kalau check up semuanya, paling mahal 300 ribu rupiah, itu pun gratis karena sudah punya kartu asuransi. Apakah bapak mengetahui bahwa pihak GAMCA minta satu juta rupiah tanpa transparansi yang jelas?"

"Oooh, kalau itu kita di Embassy gak ngerti, bu... Kami cuma ngecap aja, hasil medical, SKCK, family-visa, udah. Kalau urusan di GAMCAnya, yah kita gak ikut mencampuri, bu...." terburu-buru ia tutup telepon tanpa mendengar ucapan terima kasihku.

Hfffiuh, saya mulai menimbang lagi~ Saya rasa, lebih baik tidak usah ke Kuwait, batinku. Sebab di satu sisi, suamiku pun akan pindah tugas lagi (Alhamdulillah, pemuda cerdas, sholih dan istiqomah tentu kian dikucuri rahmat dan berkahNYA, insya Allah... ;-)).

Malah ada klinik yang saya telepon, petugasnya beda-beda 'tiga line telepon' seraya ada bisik-bisik, "yang ke Kuwait...Kuwait...pssst". :-D

"Untuk petugas buat pemeriksaan Kuwait, belum ada infonya bu..."

"Tapi saya cuma mau check up aja, saya bukan TKW, Pak..." (lagi-lagi) kataku.

*hening* "Ooooh, kurang tau saya bu, ini khusus TKI disini check upnya. Saya gak tau kalau yang non TKI, ya bu..." bingung suara di seberang.

Prosedur oh prosedur... :-)
Suamiku bilang, "Datang aja, say.... atau kujemput?" (gak-lah, kataku. Kalau berangkat, daku bisa bawa anak-anak sendiri, tidak apa-apa...) Cuma masalahnya, alangkah kasihannya gara-gara berangkat ini, pihak yang makan duit haram jadi banyak, gitu lho.... *jujur banget* kasiaaaan dengan keluarga owner-GAMCA ini, anak-bininye makan kotoran minum air got, naudzubillah!

Suamiku menyemangati lagi, "Rezeki Allah Maha Luas. Kalau kamu banyak ditodong pungli, ikhlaskan.... usahakan dulu semaksimal mungkin urusannya selesai. Nanti, pasti Allah ganti, pasti! Dan kamu jadi tambah ilmu, bisa memahami perjuangan TKI atau TKW dibully oleh banyak pihak ~yang notabene anak negeri sendiri..." Benar juga, waktu di Kuala Lumpur dan Poland, saya banyak berjumpa pekerja Indonesia. Bisa disimpulkan bahwa nasib mereka masih jauh lebih baik dibandingkan para pekerja di tanah Arab. Dari sejak pengurusan keberangkatan, keberadaan di lokasi tujuan, dalam keseharian di tanah Arab hingga mudik atau pulang kampungnya~ tak henti dibully dan bully, sebentuk perdagangan manusia yang bahkan pemilik kuasa di kursi empuk masih terus 'menutup mata, telinga dan hidungnya' meskipun bau bangkai terus beredar ke arahnya. SDM yang diiming-imingi setitik koin emas dan perjalanan haji karena lokasi yang dekat, padahal kehinaan dan diskriminasi selalu didapat, hingga jiwa dan raga bisa cacat!

Brother Furqon dan Sisters di Krakow menyemangati, "Sabaaaar...." yup, teguklah jutaan pil sabar jika kamu akan mengurusi kepindahan ke tanah Arab, sabaaaar, karena justru di sini jauh lebih banyak berurusan dengan 'kejahilan', sabaaar Ry... :-D

Lanjut kembali pada topik, perjuangan check up. Setelah SKCK kuserahkan pada penerjemah tersumpah (Pak Ahmad), mobil sewaan menanti di bawah pohon, area mega kuningan, Saya menelepon ulang beberapa klinik "naungan GAMCA" lainnya. Lucu, hahahaha.... "Ini bukan klinik bu. Ini distribusi rokok..." begitu salah satu suara di seberang telepon.

Kutelepon lagi, kali ini klinik Dewi sartika (sama, rekomendasi Embassy Kuwait juga!). "Halo, assalamu'alaykum.... Pak, Saya mau bikin jadwal check kesehatan untuk beberapa menit lagi, bisa gak yah?"

"Klinik?! Bukan bu, kalau klinik sudah tutup.... ini sekarang tempat teraphy jantung, bu." suara seorang kakek di seberang sana. :-D

Di klinik Assa'adah, ini sudah kelima kalinya nelepon, orangnya bilang, "Bisa bu, checknya sekarang, asal bawa surat dari GAMCAnya..." Begitu dahsyat "PREMAN GAMCA", sampai urusan kesehatan bisa dikomersilkan, subhanalloh! (^_*)

Saya putuskan untuk datang langsung saja, klinik terdekat yang bisa kami kejar di jam macet itu adalah klinik An-Nuur. Wuuuus, sopirku hafal jalanan ibu kota, 30 menit langsung nyampe. Itu sudah hampir jam 3 siang. Masuk ke klinik An-Nuur tersebut, bentuknya kayak rumah biasa (di pinggir jalan), di dalamnya bertemu seorang wanita di bagian informasi. Kami disuruh masuk ke dalam, di dinding-dinding ada info-info buat TKI/TKW (tidak ada satu info pun tentang MCU bagi keluarga atau turis, semua adalah info urusan TKI/TKW). Di depan satu ruang besar ada loket, dua orang duduk disitu, sedangkan di ruang besar tersebut duduk para calon TKW (sepertinya). Saya mengucapkan salam dan bertanya pada mbak yang duduk di loket tersebut, saya sebut saja mbak Judes (karena jawabannya amat ketus dan mukanya tidak ramah, tidak tega memotretnya, nanti kalau dipajang disini, 'tambah tidak ada yang mau memperistrinya', (iya alasan logis...)hehehe)

"Mana kwitansinya?" katanya cemberut.

"Oh, saya bukan TKW, mbak.... saya mau minta check up, trus bayar disini."

Oalah, saudara-saudara, check up itu, kalau di negara lain....terserah mau kita lakukan berapa kali dalam setahun, 2 kali kek, 3 kali kek, atas keperluan liburan ke mana kek, inisiatif dokter kek, dan ragam alasan, kita kan peduli kesehatan, tandanya begitu. Namun kalau di Indonesia, naaaah, yah beginilah.... namanya check up harus dikhususkan karena mau "Jadi TKI/ TKW", sempit sekali pikiran seperti itu!

"Walau bukan TKW, sama aja, bu... Sekarang semuanya harus daftar di GAMCA..." Mbak Judes makin ketus.

"Jadi, anda menolak meriksa kami? (Saya dan anak-anak) Boleh mbak kasih tau saya, Undang-Undang tentang GAMCA dan aturan harus minta kwitansi dari sana, UU nomor berapa?" tegasku.

Mbak Judes jadi gugup tapi mukanya mulai emosi campur takut, "Bu, Saya cuma kerja disini, Kami gak tau bu, Kami cuma memeriksa atas rujukan GAMCA, tidak bisa meriksa kalau gak dari GAMCA, bu. Itu aja...Pokoknya itu aturan GAMCA..." ya udah, kita tinggalin deh, ntar mbak Judes jadi nangis, kita tambah pening dong kalau harus beli balon, wkwkwkwk....

*Banyak-banyak istighfar*

Karena lapar, kami mampir ke resto terdekat. Sekalian di dekat area itu, ada ATM, saya ambil seperlunya buat hari itu. Mbakku nge-klik-klik blog dan web lain yang meng-infokan alamat GAMCA, karena itu si GAMCAnya baru pindah. (Bayangkan.... emak-emak bawa babbies 4, satunya ponakanku... mondar-mandir ngubek Jakarta (^-^) that's me, *berasa remuk nih badan* hihihihi, maaf yah, banyak teman yang belum sempat ketemuan di Jakarta :-*)

Ketika menemukan alamat GAMCA yang baru, lokasi di Gedung Binawan Jl. Kalibata Raya No 01. (info : Siapkan foto 4×6 empat lembar, foto kopi paspor, dan uang 1 juta rupiah untuk ditransfer ke rekening~kalau pengurusan satu hari keesokan harinya, namun cash 1 juta untuk langsung kasih ke kantor GAMCA) kami meluncur kesana, jam 4 sore, lari-lari menuju kantor GAMCA, *karena dalam blog WNI lain, infonya jam 5 klinik-klinik tsb tutup*.

Oke, tibalah di dalam kantor GAMCA, BB habis batere, numpang colokin charger sebentar seraya memotret situasi :-). Panjang yah ceritanya, (masih panjang lagi lho!) insya Allah saya lanjutin di postingan berikutnya....

Suasana Kantor GAMCA, ratusan CTKI menanti proses MCU, ada pula agen travel umroh...Masya Allah!





Bunda, Dek Zaza dan Bang Sayyif

:-)

Semoga Allah ta'ala senantiasa melimpahkan kemudahan dalam semua urusan dan permasalahan yang dihadapi sobat semua, aamiin... Semangat beraktivitas!

Salam Ukhuwah dari Krakow Kuwait ^^, Barokallohu fiikum :-)

@bidadari_azzam :-)

Saturday, May 18, 2013

Setelah Dapat Family Visa dan Urusan SKCK

gambar : Pak Polisi berseragam jadi tontonan Trio abang dan Dek Zaza *sedang di parkiran*


Om Ato, Baby-sitter spesial buat trio abang ^-^


Assalamu'alaykumwrwb...

Cerita kepindahan kulanjutin, yah... ^^ Setelah tiba di Jakarta, sementara suamiku sudah di Kuwait duluan, Saya dan anak-anak *masih selonjoran dulu* :-D 4 hari di Jakarta (kan batuk pilek winter, yang ternyata salju di Krakow masih tebal sampai bulan april, yang 'seharusnya jadwal musim bunga bermekaran...). Beruntung kami di tanah air, hari kelima mendarat di Palembang, bertepatan dengan musim buah : durian, duku, rambutan susul menyusul *Alhamdulillah...:-P*

Saya kasih tau terlebih dahulu beberapa catatan :

1. Apabila kalian akan pindah ke negara timur tengah atau negeri-negeri GCC, sebaiknya langsung saja urusan-prosedural dari negara lain! :-) Maksudnya sebagaimana Abu azzam yang udah 'selamat' lancar berangkat dari Poland. Saya + anak-anak kan kalau 'menanti' di Poland, riskan, sebab cuaca musim dingin tanpa keluarga di rantau, lagi pula urusan embassy beda kota (di Warszawa). Jadi, hikmahNya adalah saya bisa berbagi kepada kalian update-an terbaru~ yang fresh banget! proses ke Kuwait dari tanah air (notabene negara GCC lainnya pasti hampir sama).

2. Semua urusan kesana-kemari biasanya tambah ribet kalau pihak-pihak tidak transparan. Mengandalkan telepon ternyata kurang bijak, karena banyak yang 'doyan main pingpong', siapkanlah pulsa yang mencukupi untuk sambungan telepon kesana-kemari (don't forget that I'm mom of 3 boys! nelepon pun harus atur-atur waktu, sambil nenenin, dsb...)

3. Sebelum pindah ke Kuwait, kami sekeluarga pernah beberapa kali menjalani kepindahan kerja ini, yaitu dari Jakarta ke Bangkok (paralel project dari Bangkok ke Johannesburg), dari Bangkok ke KL (beberapa kali paralel urusan project ke UK), dari KL ke Krakow (Poland), bisa baca cerita-cerita ringan di artikel-artikel lama blog ini. Nah, untuk kepindahan ke Kuwait adalah aktivitas yang mengeluarkan paling banyak dana. Sehingga saya jadi paham, banyak TKI/ TKW atau bahkan karyawan ekspart yang menjual rumah, kebun, sawah, atau mobilnya sebagai modal. Semua dokumen harus diterjemahkan ke bahasa Arab (oleh translator tersumpah), dan semua itu butuh legalisasi dari Deplu, Dephumham. (Selama ini, cukup translate English saja, dan biasanya cukup cap KBRI saja...). Terus lanjutannya, semua dokumen yang diterjemahkan, dan setiap dokumen yang dikeluarkan KBRI, wajib diverifikasi lagi di departemen-departemen di Kuwaitnya, bayangkanlah sekian 'stamps', banyak nominal dana terbuang di cap-cap-an ini... *Semoga Allah melimpahkan samudera keikhlasan buat kita, dan mengganti segala perih dengan kebaikan di akhirat nanti...aamiin*

4. Kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang berwenang dalam urusan (proses-proses) yang saya ceritakan ini, telah saya katakan dengan jelas bahwa saya akan me-review semua steps urusan prosedur ini, harap maklum jika kemudian ada yang tidak berkenan dengan 'blak-blakannya' saya nulis, *Saya sudah muak, lhooo dengan koruptor... Prosedur yang berbelit itu kan kerja sama para koruptor!*

5. Ternyata ada teman yang masih *surprised dan ngucapin selamat!*, 3 bulan saya+anak-anak terpisah sama abinya. Katanya, "Alangkah beruntungnya!" masya Allah... Ternyata teman itu malah terpisah satu tahun dengan suaminya, hu...hu... :-(, hiks... Memang masih mending Kuwait rupanya, kalau kalian pindah ke Saudi Arabiya, tampaknya 'iqomah' (KTP gitu...) lebih lambat prosesnya. Kuwaiti (orang-orang Kuwait) amat ramah, terutama kepada orang-orang muslim yang bajunya rapi dan bersih. Abinya Azzam 'hanya menanti cap visa kerja' dari Company--yang diurusi HR selama dua bulan-an sejak pertengahan januari (yang kami bareng sampai Doha itu, lho...). Di bulan ke-3, 'iqomah' cepat dapatnya, 2 hari sejak ia (sendiri, tanpa ditemani HR) yang mengurusnya, X-ray dan cek darah lancar. Hanya finger print yang menunggu sampai 3 jam-an antriannya (kalau laki-laki, memang yang finger print banyak antrian). Selanjutnya, Allahu Akbar! Civil ID diperoleh, kemudian ia langsung apply family visa buat saya +anak-anak.



Proses Family Visa (di Kuwait) dari Kepala Keluarga :

1. Bawa Civil ID ke KBRI, berikut dokumen-dokumen keluarga (Buku Nikah, KK, Akta Kelahiran istri+anak-anak, yang copy cukup). KBRI di Kuwait akan membuatkan surat keterangan bahwa ybs mengundang anggota keluarganya, bea 5 KwD (harus pakai kartu atau transfer bank, bukan cash).

2. Pergi ke Ministry foreign affair Kuwait, surat dari KBRI itu harus dicap, 1 stamp= 5 KwD juga. Tambah cap semua dokumen terjemahan (ijazah-ijazah kita, akta-akta kelahiran, buku nikah). Hitung saja kalau perlu cap 6 dokumen, artinya bayar 30 KwD. Makin banyak anggota keluarga, makin banyak keperluan stamps. :-D

3. Setelah verifikasi dokumen itu, pergi ke imigrasinya. Disana, pengecekan semua dokumen tersebut.... *ada istilah, 'menanti sesuai amal ibadah masing-masing' hehehe* Kalau rezeki urusan cepat kelar, yah akan cepat... kalau rezeki urusannya lebih lama, maka bisa lama. Alhamdulillah, Abu Azzam termasuk yang cepat prosesnya---meski ribet. :-D

Setelah dokumen dicek, ada petugas khusus pengetikan. Semua dokumen di-copy, banyak deh yang perlu di-copy. Nunggu dulu disitu, mereka buatkan family-visa (bentuk visa ini adalah selembar HVS, data personal anggota keluarga [dalam bahasa Arab, yah... plus nama yang ada tulisan latinnya], ada kolom untuk nempel foto, foto yang diperlukan adalah pas foto warna berlatar biru yang nanti ditempel disitu setelah medical check up, tapi kayaknya cuma yang dari Indo, Philipine dan India aja foto ditempel, soalnya dari Poland, France, notabene berangkat dari Eropa, gak pakai nempelin foto disitu...). Satu stamp ditempel pada masing-masing visa anggota keluarga, @3 KwD. Ditandai dengan cap dan tanda tangan pejabat berwenang. Singkatnya, family visa selesai. Abu Azzam mengirimkan scan-annya buat jaga-jaga, sementara yang asli dikirimkan ke tanah air pakai DHL. Dua hari kemudian, diterima oleh kakakku yang di Jakarta (Saya+ anak-anak masih di Palembang).

Seminggu kemudian, minggu kedua di bulan april, Saya + anak-anak berada di Jakarta. Logikanya, semua urusan pasti mudah kalau semua dokumen lengkap. Namun prakteknya bisa saja tersendat-sendat, *ah, itu kan rahasia umum, iya apa iya?!* :-D

Jadi, tiga kali saya menelepon ke Embassy Kuwait di Jakarta, supaya benar-benar memahami urusannya. Info yang saya dapat adalah :

1. Family-visa yang sudah diterima harus dicap di Embassy Kuwait-Jakarta, dengan syarat :

2. Saya dan anak-anak harus menyertakan hasil medical check up, dan SKCK serta bea capnya tentu. Tetapi 'celah yang agak ribetnya' adalah :

3. SKCK kan kudu translate dan legalisasi (deplu+dephunham, perlu waktu minimal 3 hari). Serta medical check up harus dilakukan di klinik yang berada dalam naungan GAMCA, silakan searching sendiri tentang GAMCA ini. *Kalau kalian melakukan pemeriksaan kesehatan di Poland, Eropa lainnya, Australia atau negara lain, tidak akan mengalami hal ini, kalian bisa check up di RS atau klinik mana pun sehingga bisa memanfaatkan asuransi kesehatan yang kita punya.

Kehebohan medical check up, kita obrolin di postingan berikutnya yah... Sekarang soal SKCK.

Proses SKCK :

1. Minta surat keterangan (surat pengantar)dari RT, lanjut ke RW, lanjut ke kelurahan, dan seterusnya ke kecamatan. Tulis lengkap kejelasannya, keperluan : "Untuk pengurusan visa ke Kuwait."

2. Bawa surat tersebut + copy KTP + copy passpor ke Polda. Tadinya saya ke Polres, ternyata di Polres itu bisa buat SKCK untuk persyaratan kerja. Kalau SKCK yang buat urusan visa, harus ke Polda. Namun di Polres, anak-anak senang melihat polisi sedang baris-berbaris, upacara pagi. :-) Petugas di Polres cuma ngecek data di surat tsb, trus sekalian ngasih info ke saya kalau mau memperpanjang SIM (memang SIM saya expire-nya beberapa bulan lagi, maka sekalianlah saya perpanjangan SIM :-D hehehehe....)

3. Perjalanan 'piknik pagi' itu menuju ke Polda Metro Jaya. Saya dan Zuhud +bunda Sari masuk ke ruangan yang di depannya sudah ada pemberitahuan 'Pembuatan SKCK'. Ada papan bertuliskan : "Pelayanan kami belum sempurna, tapi kami siap berubah!", Pak polisinya ramah-ramah, apalagi kalau melihat senyuman Zuhud, :-). Disediakan permen dan air putih di ruang tunggu, *_^

- Formulir isian SKCK lumayan panjang, kira-kira 30 menit++ (remember : my boys nunggu di parkiran, info tambahan : mobil sewaan kami sekitar 500 ribu-an per hari, :-D belum bensin, tol, dan parkir....)

- Usai isi formulir, menyerahkan surat keterangan dari kecamatan+ copy KTP+ copy passpor. Lalu petugas menyuruhku ke ruangan sidik jari, alhamdulillah sedang tidak ada antrian. Di ruang itu, sepuluh sidik jari saya diambil, trus cuci tangan (tintanya hitam banget kayak knalpot gitu, jadi lebih lama cuci tangan dari pada ngisi formulir, hehehehe....), trus bayar 20 ribu rupiah. Dan bawa kertas "udah ambil sidik jari" ke ruangan SKCK tadi.

- Terpotong waktu sholat dzuhur, masjid luas di Polda itu jadi penuh, ada ceramahnya juga ba'da sholat dzuhur. Sesudah gantian sholat, kami ke ruang SKCK lagi, disuruh meriksa hasil ketikan pak Polisi. Karena ada kekeliruan data, nunggu lagi 10 menit~pak polisinya ngetik ulang. Setelah itu, jadi deh SKCK!

Pembayaran pembuatan SKCK = 10 ribu rupiah. :-) *pakailah uang pas*

- Itu hari rabu, jam setengah dua-an kami meluncur dari Polda ke arah Kuningan, sambil 'calling' translator arabic tersumpah (yang sudah mengurusi dokumen-dokumen lain di awalan proses).

- SKCK (yang sudah diterjemahkan itulah) tersebut adalah persyaratan cap/stamp verifikasi di Embassy Kuwait-Jakarta. (hanya buat saya, anak-anak kan di bawah 18 tahun, jadi tidak perlu SKCK-nya)

- Seingat saya, kami masuk area parkir sekitar jam setengah 11 kurang beberapa menit, pas keluar jam setengah dua itu, ongkos parkirnya = 15 ribu rupiah. ;-)

.... Ntar sambung lagi yah, ;-)

Semoga Allah ta'ala senantiasa melimpahkan kemudahan dalam semua urusan dan permasalahan yang dihadapi sobat semua, aamiin... Semangat beraktivitas!

Salam Ukhuwah dari Krakow eh, Kuwait (sekarang) ^^, Barokallohu fiikum :-)

@bidadari_azzam :-)

Wednesday, May 1, 2013

Kewajiban Lebih Banyak dari pada Waktu Nan Tersedia



Assalamu'alaykumwrwb...

اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَ خَيْرَ أَهْلِهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَ أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّهَا وَ شَرِّ أَهْلِهَا وَ شَرِّ مَا فِيْهَا


Kami sekeluarga sudah berada di tempat yang baru, negara bagian GCC, Al-Kuwait. :-)

Alhamdulillah, perjalanan lancar, "I'm a mom with three boys, remember it...", ;-)) tak ada kendala besar di perjalanan udara 11 jam tersebut. Justru saya kaget karena tiga keluarga Ustadz/ah menjemput kami, menemani Abu Azzam di bandara Kuwait *terharu....*

Insya Allah, dalam beberapa hari ke depan ini, saya akan mencoba menguraikan lembaran cerita pengalaman kepindahan kami dari Poland ke Kuwait ini~ stepsnya lumayan panjang, say...;-))

Malam ini merenungi ulang mengenai penghargaan diri terhadap waktu, teringat ucapan para dosen terdahulu yang diulang-ulang, “Al-Wajibat aktsaru minal Awqat” (‘Kewajiban kita lebih banyak dibandingkan waktu yang tersedia’). Amanah yang harus dijalankan amat banyak, sehingga adanya blog, jalinan pertemanan di FB, twitter dan sebagainya tetap tak dapat terpenuhi 'full 24 jam', mohon diikhlaskan apabila teman-teman merasa adanya pelanggaran hak atas persaudaraan kita selama ini, yaaah.... *big hugs*

Semasa menjadi khalifah, ‘Umar ibn ‘Abdul Aziz pernah tidak jadi istirahat, karena ditegur oleh anaknya. Ketika ingin merebahkan tubuhnya di atas dipan, anaknya bertanya, “Ayahanda, kenapa istirahat?” “Iya, tubuh ayah lelah sekali setelah seharian keliling melihat aktivitas dan keadaan umat ini,” jawab ‘Umar dengan mantap. “Ayah, cepat bangun dan keliling lagi. Lihat urusan umat!” kata anaknya. “Ayah mau rehat sebentar saja, setelah itu baru keliling lagi,” jawab ‘Umar. Apa kata anaknya kemudian? “Apakah ayah bisa menjamin katika ayah bangun masih hidup dan bisa melihat urusan umat Islam?” ‘Umar terperanjat mendengar pertanyaan anaknya ini. Dia langsung melompat dan memakai gamisnya kembali untuk keliling melihat keadaan umat Islam. Subhanallah!

Kalau diri kita, baru saja diamanahi beberapa urusan saja, sering kali merasa super kecapek'an, lelahnya, lemasnya.... dll , Astaghfirrulloh, padahal sering kali kita sengaja menunda-nunda atau menganggap remeh amanah tersebut. *tuing* disentil berita-berita karib kerabat tentang kematian, barulah kita akan merasakan betapa dekatnya antrian ini, betapa cepatnya waktu berlari, sedangkan kewajiban kita masih bertumpuk~ menanti penyelesaiannya... Faghfirlana....

Menorehkan bait-bait langkah di bumiNya nan luas ini, saya merasa amat bersyukur akan segala bimbinganNya. Ketika perih hati menatap keserakahan atau bejatnya insan di tanah pertiwi, tetap rasa syukur mengaliri jiwa, "Thanks Allah, it's life, it's a world, and it's only temporary...", batinku, sama seperti saat-saat mengalami 'shock budaya' di Krakow serta masa merintis Islamic Centre bersama sobat-sobat di sana. Tidak punya banyak waktu 'untuk complain', untuk mengkritisi banyak pihak, apa lagi untuk mengeluh... Karena waktu amat berharga, rugi membuangnya untuk hal-hal demikian, sementara anak-anak dan sanak saudara lainnya berhak memperoleh curahan kasih sayang dengan 'waktu tersisa ini', Insya Allah...

Kalau melirik lembaran lama di awal nge-blog ini, :-D masa-masa banyaknya waktu luangku adalah pas masih kuliah~ dengan satu anak. :-) Amat jelas, semakin tahun berganti, postingan yang ada semakin berkurang kuantitasnya, namun semoga sahabat yang kian banyak merupakan bukti bahwa makin luas silaturrahim dan makin erat kualitas persaudaraannya, aamiin... Allahumma 'aamiin.

Setiba di Kuwait, kudu lebih banyak bersih-bersih hati :-). Kuwaiti amat kaya raya, rakyat pribumi dimanja dan dipuja oleh Kerajaan (pemerintahnya). Istana keluarga Kuwaiti besar-besar, luas, seperti lapangan sepak bola, :-), masing-masing anak punya minimal satu mobil, jadi di depan rumah mereka~ bisa berjejer 8, 10 atau 12 mobil mewah. Gaji Kuwaiti HARUS lebih besar dari pada gaji pekerja luar (pendatang), meskipun pekerjaan mereka tidak sebanding tingkat kesulitannya (itu salah satu aturan yang kurang adil memang). Namun jangan membayangkan Kuwait seperti Saudi. Di Kuwait, wanita-wanita boleh keluar rumah, menyetir, dan biasanya wanita-wanita berpendidikan tinggi pula, bisa bahasa Inggris (bahasa asing selain Arabic). Kalau melihat kita berpakaian rapi, sopan, (wanita muslimah berhijab) biasanya mereka bersikap lebih menghargai, ramah dan tersenyum mesra. Banyak pekerja dari India disini, dan kalau dari Indonesia~ kebanyakan adalah perawat-perawat (tenaga medis).

Nanti kita sambung lagi, Insya Allah...*Tiba-tiba* terkenang Krakow bersalju~ jauh berbeda dengan Kuwait yang panas dan berdebu... :-) Subhanalloh!

Ya Allah perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Ya Allah... jadikanlah kehidupan ini penambah kebaikan bagiku dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejelekan. aamiin...
Bersih-bersih hati.... :-) yoook....

1. Dzikrulloh, shalawat dan Puasa (ikuti sunnah rasulNya SAW)

2. Jaga pandangan mata (hati-hati karena penglihatan mata bisa berefek sampai ke hati)

3. Lakukan sholat wajib dengan segera dan jaga keikhlasan dalam beramal sholih

Terima kasih sudah menyimak, sobat-sobat tersayang :-)

Semoga kita senantiasa dilimpahkanNya kekuatan dalam menyelesaikan semua kewajiban yang ada... aamiin...

:-)Salam ukhuwah, happy busy days...

Barokalloh always! :-)