Photobucket

Monday, December 27, 2010

Sang Maha Pembolak-balik Hati




Sepuluh tahun lalu si cantik, sebut saja begitu, selalu meludah di depan muka setiap anak-anak aktivis Rohis (kerohanian Islam) di sekolahku. Baginya, sosok berkerudung lebar seperti teman-teman kita tersebut adalah 'kaum sok suci' yang selalu membatasi kebebasan berekspresi, padahal masih remaja, 'masih bebas donk', begitu pikirnya. Juga pernah dari lidahnya keluar cacian bahwa seorang teman terkena sakit cacar karena penyakit kulit yang tertular dari teman yang menutup aurat itu. Astaghfirrulloh.

Tak kalah meresahkan dengan ulah si cantik, sesosok wanita berusia sangat senior yang sangat kuhormati, sebut saja kanjeng Ratu, pernah membaluri hidupnya dalam lumpur pengkhianatan pada Sang Tuhan. Bukan hanya berbuat syirik dengan pergi ke dukun, beliau juga sering bersumpah serapah yang sangat menyakitkan hati. Salah satu kalimat mengerikan pernah meluncur dari mulutnya, "Saya tak akan pernah memakai jilbab, dengar itu! dan kalau anakku ikutan memakai jilbab, maka Saya akan telanjang bulat dan berlari keliling lapangan!" Astaghfirrulloh...

Beliau ini benci sekali padaku, semua oleh-olehku dibuangnya, semua kenyataan yang baik-baik diubahnya menjadi cerita jelak dan jahat, memandangku bagaikan melihat musuh terbesar dengan sorot mata tajamnya seolah ingin mencincang tubuhku.

Satu lagi orang dekatku, Pak Sholeh sebutlah namanya begitu, beliau adalah guruku, yang telah dianggap seperti anak sendiri oleh orang tuaku. Beliau ini doyan belajar, memang otaknya encer, daya ingatnya mantap, cerdas sekali. Namun, setidaknya lima belas tahun lalu (waktu itu saya masih SMP), beliau masih sangat membenci sosok-sosok para da’i dan da’iyah. Baginya, sosok-sosok itu tak lebih hanya menutupi kemunafikan, terutama banyaknya peristiwa di depan matanya, yang dilaluinya sehari-hari berhubungan dengan keburukan akhlaq para jilbaber dan para aktivis dakwah kampus. Pak Sholeh pernah berujar, "Saya paling benci dengan cewek berhijab dan cowok yang sok alim, lho dek...", kira-kira redaksinya begitu, menggambarkan kebiasaan busana para aktivis dakwah kampus.

Satu persatu hari berganti, minggu bergulir bulan, tahun bergantian berulang kali... aduhai Tuhanku, keimanan seorang hamba mengalami perubahan, naik-turun bahkan saat perubahan detik ke detik berikutnya. Bahkan Oase Iman dalam catatan cinta ini dibaca oleh jutaan hamba-Nya yang saat memahami hal ini memiliki kadar keimanan yang berbeda. Kami hanya mampu memelas, Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbiy ‘alaa diinika wa’ala thoo’atika, ... "wahai Zat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap konsisten dalam dien-Mu dan dalam menaati-Mu.”

... kelanjutannya baca saja di link oase iman-eramuslim kita ini, yah...

Salam ukhuwah, semoga makin optimis, ❤ barokalloh... (^-*)

Thursday, December 23, 2010

Ibu : Selalu Tercium Aroma Rindu

Assalaamu'alaykumwrwb... tahmid wa sholawat selalu mengiringi hari ini, semoga kualitas kita semakin baik dari hari ke hari, amiin. :-)

Pernah aku berkata bahwa Allah SWT selalu memberikanku apapun yang kuperlukan, semua disediakanNYA untukku, hingga pikiran ini berujar betapa bodohnya jika aku tak mensyukuri karuniaNYA---segala limpahan berkahNYA kepadaku, termasuk sejak aku dalam kandungan hingga detik ini, aku memiliki ibu dan ayah terbaik, yang mengucuri dengan kasih sayang mereka setiap waktu, yang merestui langkahku dan mengiringi dengan do'a-do'a padaNYA sampai aku pula menjadi orang tua seperti mereka...
Alhamdulillahirobbil 'alamiin...


Bahaz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah, kepada siapa aku berbuat kebaikan? Beliau bersabda, "Ibumu." Aku bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau bersabda, "Ibumu." Aku bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau bersabda, "Ibumu." Aku bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau bersabda: "Ayahmu, lalu yang lebih dekat, kemudian yang lebih dekat." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Hadits itu selalu tertanam dalam hati ini, namun sosok ibu yang mendidikku bukanlah ibu yang 'kege-eran' dengan kalimat indah itu. Beliau selalu menasehati kami untuk bersikap adil dan jujur dalam kegiatan sehari-hari, termasuk saat memposisikan diri berdiskusi di depan ayah dan ibu, tak melulu harus menaati bulat-bulat perintah ayah dan ibu, apalagi jika kami memiliki alasan dengan sudut pandang berbeda—orang tuaku sangat menghargai masukan dan ide dari anak-anaknya.

Jadi, kalimat bahwa "Saya sekarang adalah ibu, yang harus selalu terus belajar tentang kesabaran dan keikhlasan, terutama belajar dari anak-anak sebagai amanah dari Rabbku", bukanlah sebait kata yang baru muncul di era modern ini, melainkan sebuah kalimat yang merupakan warisan turun-temurun, sosok ibuku adalah salah satu ibu yang mewariskan kesejatian resapan makna kalimat itu.

Ibuku tersayang, dulu di usia ke enam tahun, saya menangis terus-terusan, di rumah, di taman, di sekolah, hingga para guru dan teman-teman bertanya ada apa gerangan? Jawabku, "ibuku di rumah sakit, hu..hu...hu...." kenapa saya tidak boleh ikutan berada di rumah sakit, begitu pikirku. Namun ternyata tiga hari dari situ, saya dan kakak-kakakku diajak menengok ibu, namun hanya mengintip dari jendela ruangan, ternyata ibu sehat-sehat, perut gendutnya sudah rata, dan keesokan harinya beliau pulang ke rumah bersama hadiah baru buat kami, yaitu adinda yang jelita. Lucu sekali, dulu saya benar-benar tak mengerti akan hal itu, dan memutuskan untuk mejadi pengamat saja. Kuamati betapa telatennya ibu menimang, mengganti popok, menyusui adik. Dan berarti waktu saya masih bayi, sebegitu pula merepotkan ibu.

Peristiwa bergulir setiap hari, dan ibu selalu ada di sisi ini. Al-Ummu Madrasah (ibu adalah sekolah), benar-benar hal itu telah kualami sendiri. (maafkan jika ada teman yang jadi cemburu akan kebahagiaanku ini), bahkan ibuku sendiri tak mengalami kebersamaan yang lama dengan ibu kandungnya. Nenekku meninggal dunia tatkala ibu masih balita. Dan saya tahu beratnya hari-hari ibu sepeninggal almarhumah, ibu melalui masa-masa penjajahan, juga masa saat komunis berjaya, untungnya pemuda-pemuda kampung beliau sangatlah cinta pada Islam, masih menjaga dan memagari diri dari jeratan paham komunis. Namun di dua kampung sebelahnya, setiap malam ada 'pesta neraka', begitu cerita ibu, laki-laki dan perempuan membuka busana dan menikmati minuman keras. Sehingga orang kampung tersebut tidak diizinkan memasuki kampung ibu.

Lanjutannya baca di TKP-oase iman eramuslim ini yah, friends... :-)
Salam Ukhuwah, barokallohu fiik (^-*)

Wednesday, December 22, 2010

Manusia Cermat Berencana Dan Allah Memiliki Skenario Terhebat


"terima kasih atas didikanMU, Ya Robb..."


Ingatanku melayang pada peristiwa beberapa tahun silam, kala semakin lancar rezeki yang dilimpahiNya, semakin mudah menapaki tangga demi tangga cita-cita, semakin pandai menyelesaikan benang-benang kusut problema sehari-hari, ternyata bisa membuat hati memiliki celah untuk sombong.

Pernahkah kalian merasakan itu ? Saat prestasi terus menanjak, lalu memandang dengan mudah segala kejadian, "nanti mudah...gampang, setelah ini... Saya akan begini, lalu kesini... lalu begini... seterusnya... dan begini... I did it!", Astaghfirrulloh...

Kita sering terlupa bahwa menit berikutnya belum tentu sesuai dengan apa yang kita perkirakan, seteliti atau secermat apapun kita membuat perencanaan, jadwal dan program yang matang ternyata bisa berubah drastis, sebab Dia-lah Sang Maha Pengatur, Maha menetapkan skenario terindah untuk seluruh makhlukNya.

Suatu hari di sudut Jakarta, biasanya daerah ini tidak pernah banjir, aman dan nyaman, becek-becek pun jarang. Dan pagi itu setelah suami berangkat ke kantor, Saya dan si sulung beres-beres rumah seraya memasak. Seusai sarapan bersama, kami mandi, rapi-rapi, membuat kue, menata kamar, dan menelepon taksi, bersiap menyambut kedatangan keluarga dari provinsi lain.

Kami akan menjemput kakak dan adikku di bandara yang akan 'temu kangen' dan menghabiskan liburan bersama. Sudah kubuat sedemikian rupa 'jadwal jalan-jalan' sejak hari itu, esoknya dan beberapa hari ke depan. Memang merancang jadwal seperti itu sudah jadi kebiasaanku sejak duduk di bangku SD, hal ini menghindari efek sifat pelupa sebagai manusia biasa.

Lima menit berlalu saat Saya menanti taksi di teras, tiba-tiba hujan deras diiringi petir. Supir taksi menelepon, "Saya masih di daerah anu, bu...macet, masih lima belas menit lagi, maaf bu..." Saya pun masuk kembali ke dalam rumah, menutup pintu dan menguncinya. Namun kali ini, hujan itu terasa lain, nurani berkata begitu.

Saking derasnya, sepuluh menit saja, jalanan komplek sudah banjir. Dan tiba-tiba si sulung menjerit-jerit, "ummiiii, ada kecoak banyak... wuaaaargh!", kulihat sudah banyak lipas di sudut pintu samping rumah, dan lima menit berikutnya sulungku lompat ke atas sofa kecilnya, ada air bah tiba-tiba masuk dengan derasnya dari celah bawah pintu.

Innalillahi wa innailahi rojiuun, menit berikutnya suasana rumah langsung berubah, yang tadinya cantik, apik, tertata, langsung ibarat kapal pecah.

Seraya menggendong buah hati, kuselamatkan benda-benda yang ada di lantai, dan kebanyakan benda sudah berayun-ayun bagaikan kapal-kapal kecil mainan anakku. Ooooh, hari itu adalah hari yang berat.

Saya telepon ke kantor suami, kuuraikan cerita air bah itu, tentunya dengan air mata tak terbendung, ditemani jerit ketakutan sulungku yang baru berusia dua setengah tahun. Suamiku segera pulang, sementara itu para tetangga datang. Tetanggaku bercerita bahwa ada pipa yang lupa ditutup di parit ujung rumah, termasuk saluran pipa ke dalam rumahku sehingga meluncur deraslah air itu.

Ibu Rukun Tetangga juga memberi info bahwa pihak RW lengah, lupa mengeruk aliran sungai, sehingga obrolan menjadi ramai, merunut-runut tentang iuran warga yang sudah diserahkan setiap tahun untuk mendanai pengerukan aliran sungai dan parit-parit. Saya tak dapat konsentrasi mendengarkan obrolan mereka.

Saya sibuk dengan kemelut pikiran bahwa saudaraku menunggu jemputan di bandara, kasihan mereka saat tiba di rumah malah nantinya harus membantu membersihkan rumah.
Seterusnya baca di link eramuslim ini yah... :-), juga lanjutannya di link eramuslim yang ini.

Salam Ukhuwah selalu dari Krakow! (^-^)

Tuesday, December 7, 2010

Kabar-kabari (lagi...)

Saya update- yang barunya disini friends..., minta maaf udah lama gak "blog-walking", kemarin silaturrahim ke kota sebelah, besok mau jalan-jalan ke Berlin, sekalian nyetok Halal-Food, nih...

Semoga tetap saling do'a dan salam ukhuwah selalu yah... :-)