parents day 2011
Dari tempatku berdiri ketika membersihkan peralatan makan di dapur, selalu ada pemandangan menarik di luar jendela.
Kadang-kadang ada bapak berseragam petugas keamanan yang berpatroli dan menempelkan cap di salah satu tiang sebagai tanda bahwa trotoar di depan appartemen kami sudah dilewatinya.
Jika pagi hari sekitar pukul delapan, kerap kali terlihat seorang ibu yang saling melambai tangan dengan dua balitanya, si ibu akan berangkat kerja, sementara dua balitanya dititipkan pada pengasuh.
Ada kalanya pengasuh bayi merupakan tetangga sendiri, namun kebanyakan disini para manula (yang sudah pensiun) memiliki profesi sebagai pengasuh balita jika mereka tak mengasuh cucu sendiri.
Tentu saja anak-anak yang diasuh biasanya senang dengan para nenek/kakek pengasuh mereka karena merasa seperti bersama nenek/kakek sendiri. Cuma sedikit miris hati ini, tak semua anak tersebut bergembira, terlihat dari sorot mata jujur mereka. Kadang-kadang dramatis, si anak menangis atau meronta, memeluk kaki ibunya yang akan berangkat kerja.
Saya yang setiap hari bersua mereka, terkadang melihat para pengasuh tersebut sibuk mengobrol beberapa lama, membiarkan anak-anak sibuk dengan mainan di taman. Padahal, dalam hatiku merasa was-was, anak anak balita masih harus didampingi memainkan perosotan apalagi ayunan dan kursi putar, bahaya dong.
Di lain waktu, nenek pengasuh itu sibuk bercakap di ponselnya selagi si balita asuhannya digoyang-goyangkan di kereta bayi. Lain waktu pula, si nenek sedang mewarnai kukunya sambil selonjoran di kursi taman! Dan yang lebih parah, saat kulihat nenek-nenek itu dengan asyiknya merokok di tengah anak-anak yang ceria bermain.
Saya rasa para mama-papa muda itu lupa, menitipkan anak-anak mereka pada manula disini, berarti menitipkan pada sosok-sosok yang ‘malas baca berita’.
Jelas saja mereka tidak tau bahwa terjadi peningkatan jumlah balita meninggal dunia karena resiko sebagai perokok pasif (akibat orang tua atau pengasuhnya merokok) selain karena kelalaian dalam beraktivitas.
Tapi untuk menitipkan di “rumah asuhan”, selain harus menerima kenyataan pengawasan balita tak bisa se-intensif di rumah sendiri (karena pengasuhnya tak banyak), juga harus antrian panjang saat mendaftar rumah asuhan.
Jadi misalkan anda akan menitipkan anak di rumah asuhan untuk periode 2011, maka anda harus mendaftarkan anak anda di tahun 2009. Saking banyaknya peminat yang ingin menitipkan anaknya, kalau kata teman-teman lokal, banyak wanita eropa memang lebih memilih karirnya di luar rumah dari pada stress mengasuh anak-anak di rumah.
“Anak-anak tuh tingkahnya banyak kan, seharian bisa mondar-mandir seluruh ruang, main di taman sampai baju kotor, mandi sambil ciprat-ciprat air, makan sambil belepotan, minum bisa tumpah-tumpah, lemari baju diacak-acak, ruangan bisa dibikin jadi kayak kapal pecah, dan lain sebagainya…”, rasanya kalimat itu memang sering membuat kita mengangguk-angguk. Dan memang cara itulah sebagai bentuk kreativitas anak-anak, toh...
...
Hmmm, lanjutkan bacanya di link Oase Iman -Eramuslim berikut yah... :-), salam ukhuwah dari Krakow, teman-teman, syukron jazzakumulloh khoiru jazza atas kunjungannya (^-^)
3 comments:
subhanallah.....salam kenal yah, bunda....membaca tulisan2 bunda di eramuslim membuat saya tergerak utk mengenal bunda....bagus2 sekali tulisan bunda...
waaaaah....jadi mereka punya buat apa ya? cuma buat penampilan aja ya??punya anak kok gak mau ngurus??hmmmm...eh tapi itu td murni komentar orang yg geram sama orang yg di kasih Allah amanah (anak) tapi menyia - nyiakannya. padahal begitu banyak istri yg mendambakan anak tapi Allah belum memberinya,
Post a Comment