Ada seorang pesulap & ahli hypno (yg bareng mentalis DC) yang menghilang beberapa bulan, lalu ketika muncul kembali seakan jadi 'ahli tafsir'. Segala-gala ayat dimaknai; tapi dia nggak bisa baca Arabnya, hanya pakai terjemahan lalu di'istinbath' sendiri.
Jauh dgn tata cara kronologis adab-adab pelajaran Quran Hadits yg selama ini kita terima.
Karena faktor pesona ketenaran, laris diminta ngisi majelis taklim para Ibu muda di Bandung & sekitar. Hasilnya; menurut pantauan kawan-kawan ITJ, ini ajaran ingkar sunnah.
Yang ikut ngaji jadi aneh; mempertanyakan cara shalat misalnya; "Kan nggak ada di Quran?"
Nama orang ini Abu Marlo. Dan pagi ini jam 04.00 WIB, dia ngisi di AnTV gantiin acara yang biasanya diisi Ust. YM; caranya ada Qari' (bukan dia) bacain Ayat & Terjemah; lalu dari terjemah dia maknai. Dan kalau ustadz Nono nyimak; bisa-bisa langsung demam dengar kengawurannnya.. Allahumma arinal haqqa haqqa, warzuqnattiba'ah. Wa arinal bathila bathila, warzuqnajtinabah..
Tonton "Cahaya Hati antv bersama Abu Marlo Episode 02 Segmen 1" di YouTube - >_<
Dia mentalis, pesulap, hipnoterapis bukan ustadz. Ngawur banget kajiannya. Ada banyak episode yg bisa disimak di youtube. Dia berani tafsirkan ayat tanpa referensi sama sekali hanya dari terjemahan.
...dst "
Al-Hafizh Al-Imam Al-Nawawi meriwayatkan:
وعن مالك أيضاً: أنه ربما كان يُسأل عن خمسين مسألة فلا يجيب في واحدة منها، وكان يقول: “من أجاب في مسألة فينبغي قبل الجواب أن يعرض نفسه على الجنة والنار وكيف خلاصه ثم يجيب”.
“Dari Imam Malik pula bahwa ia pernah ditanya sekitar lima puluh pertanyaan dan ia tidak menjawab satupun pertanyaan tersebut. Dan Imam Malik berkata: “Barangsiapa hendak menjawab suatu permasalahan maka sebelum menjawab, sudah semestinya ia memalingkan dirinya mengingat surga dan neraka dan bagaimana kesudahannya kemudian jawablah.”
وسئل عن مسألة فقال: (لا أدري)، فقيل: هي مسألة خفيفة سهلة، فغضب وقال: (ليس في العلم شيء خفيف)
“Dan ia pernah ditanya tentang suatu permasalahan, dan menjawab: “Saya tidak mengetahuinya” dikatakan padanya: “Ini adalah pertanyaan ringan yang mudah”, perkataan ini membuat Imam Malik marah lantas ia berkata: “Tidak ada hal yang sepele dalam ilmu!”
Mereka adalah para ulama yang masyhur dengan keilmuannya, namun sangat berhati-hati dalam berfatwa, dan tidak menjawab ketika memang merasa tidak mengetahui jawaban yang paling tepat berdasarkan ilmu. Lantas bagaimana dengan kita? Semoga Allah mengampuni kita.
والله أعلم بالصواب
Tanggapan dari Abu Azzam di salah satu millist :
***** 'Alaikum salaam,
Ba'da tahmid was Sholawat,
Saya baru saja melihat video tsb di youtube, terlihat sekali bahwa tafsirnya agak sedikit (maaf) "ngawur". Contoh adalah di episode 2 segmen 1 dan 2. Ini sangat-sangatlah kacau. Bahkan dasar-dasar tafsir dengan mengutip asbabun nuzul dan tasiran para sahabat saja tidak dikemukakan oleh si pengisi acara. Beberapa ulama semisal Imam Ahmad, Ibnu Katsir dan Abu Al-'Aliyah dalam mengomentari mengenai ayat ini sangatlah berbeda. Mereka bukan membanding antara kewajiban antara Sholat dan membaca, penekanan bukan membacanya, tapi karena sholatnya. Abu-Al-'Aliyah mengatakan bahwa Sholat itu ada 3 attribut:
1. Niat Ikhlas karena Alloh
2. Rasa takut akan pengawasan Alloh, yang nantinya akan mencegah dirinya dari perbuatan Fahsya Wa Munkar
3.Mengingat Alloh dalam Solat dengan membaca Quran
Sholat sendiri hukumnya wajib meskipun seseorang itu tidak bisa membaca satu ayat pun dalam Al-Quran.
Yang dibahas sudah jatuh ke ranah Fiqih, jadi bukan sekedar mufassirin lagi, tapi mufassirin + ahlul fiqih, ini jadi lebih berat lagi kajiannya.
Kalau beliau mengutip tafsir tafsir ulama saya rasa masih masuk akal, tapi kalau menerjemahkan tanpa tahu bahasa arab, tanpa paham ilmu Nahwu, dan Balaghah, maka hasilnya akan sangat menakutkan.
Seperti yang sudah disebutkan oleh Pak Emryas bahwa ada syarat minimal seseorang untuk bisa menerjemahkan Al-Quran, salah satunya adalah hafal Al-Quran dan Hafal minimal seribu hadist (ada ulama yang memberi syarat sampai 100 ribu hadis), dan itu belum masuk syarat-syarat tambahan memahami kaedah bahasa arab, ilmu matan dll.
...
Sayangnya begitulah realita dunia hiburan .Yang tampil di TV belumlah tentu orang yang memilki kapabilitas memadai. Terkadang orang bisa menjadi ustadz karena memiliki suara merdu, wajah tampan, atau pandai melucu sedangkan ilmu atau konten daripada ceramahnya terkadang tidak jelas. Semuanya dilakukan atas dasar rating, sehingga apa yang tampil tergantung peminat televisi dan pemilik stasiun TV.
Mirisnya ustadz-ustadz yang mumpuni justru tidak pernah tampil dilayar kaca, mungkin karena kurang tampang, kurang lucu dsb, benar benar hal yang menyedihkan.
Rasulullah bersabda
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
"Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari para hambanya secara langsung, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama, Sampai tidak tersisa seorang ulamapun maka manusia membuat para pemimpin yang jahil (bodoh), mereka ditanya maka mereka berfatwa dengan tanpa ilmu maka mereka sesat dan menyesatkan" (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka dari itu sudah merupakan kewajiban kita untuk ber nahi munkar lewat mengadukan acara ini kepada KPI. Begini caranya:
pergi ke website www.kpi.go.id, di kolom kanan bawah ada kotak pengaduan, klik kotak itu untuk buat pengaduan. Contoh isi yang pengaduannya bisa seperti ini:
saya melihat program acara Cahaya Hati di ANTV tidak seperti biasa sejak kemunculan pengisi acara yang bernama Abu Marlo. Cara si Pengisi Acara dalam mengupas tafsir ayat Al-Quran tidak sesuai kaidah -kaidah tafsir yang diajarkan oleh para ulama. Hal ini berpotensi menyesatkan kebanyakan masyarakat awam.
Tolong ditindak lanjuti agar apa-apa yang berkaitan dengan agama hanya boleh disampaikan oleh orang yang memiliki kualifikasi memadai. Terima Kasih
Semoga kita termasuk orang-orang yang diberikan petunjuk jalan kebenaran oleh Alloh ta'ala.
Wassalam,
Allahu'alam *****
Padahal jelas dalam menyampaikan ilmu, kita harus memahami dulu apa yang disampaikan tersebut.
Semoga Allah SWT menjauhkan kita semua dari sifat orang-orang yang sedikit ilmu namun berani banyak berbicara dan berfatwa, sehingga ia termasuk orang yang disabdakan Rasulullaah SAW:
مَنْ أَفْتَى بِغَيْرِ عِلْمٍ لَعَنَتْهُ مَلاَئِكَةُ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
“Barangsiapa berfatwa tanpa ilmu,maka dilaknat oleh Malaikat langit dan bumi.” (HR. Ibn ‘Asaakir dari ‘Ali r.a, hadits ini sanadnya hasan ditakhrij pula oleh al-Hafizh al-Suyuthi dalam kitab al-Jaami’ al-Shaghiir)
Al-Syaikh Al-‘Alim Nawawi al-Bantani menjelaskan hadits ini:
وذلك لكونه أخبر عن حكم الله بغير علم، أفاده العزيزي
“Hal itu karena perbuatannya menjelaskan tentang hukum Allah tanpa ilmu, sebagaimana dijelaskan Imam al-‘Azizi”
(Mirqâtu Shu’ûd al-Tashdîq fî Syarh Sullam al-Tawfîq ilâ Mahabbatillâh ‘alâ al-Tahqîq, Syaikh Muhammad Nawawi bin ‘Umar al-Jawi al-Syafi’i – Daar al-Kutub al-Islaamiyyah)
Salah satu sohib yang menjadi sukarelawan di KPI, menghimbau bahwa sampaikanlah kegusaran dengan mengadukan secara sopan kepada KPI dan MUI. Yoook, kita peduli, sobat-sobat!
Kalau yang ini, kata hatiku :
Mudah-mudahan bisa segera ada solusi,
Kalau Saya, tahu info ini dari beberapa group ODOJ, yang pas juga Ustadzah-ustadzahnya sobat saya sendiri (di KSA dan Kuwait), yang memang tampilan Abu Marlo di yt sudah dilihat oleh banyak Ustadz/ah (yg kompeten) ~ lalu semuanya geleng-geleng kepala, merasa harus bersabar menghadapi ujian ini, 'hampir dipastikan' kerja sama aliran ingkar sunnah + kontribusi besar syiah + investor sepilis (sebagaimana yg para jurnalist ketahui, bhw stasiun TV ybs itu, bbrpa wktu yg lalu, mengutus jurnalis-jurnalisnya ke Israel dan bertemu dgn jubir Israel dan diikuti beberapa tokoh RI pula- termasuk dari majalah T*mpo, anggota komisi TY, dsb...)
*lalu setelahnya, kejadian Egypt dan Syria makin mengganas, >_< faghfirlana, maaf jadi meluas...
Btw, Bagi kita yang sering mengikuti kelas-kelas #Quran dan #Hadits, (termasuk Ustadz-Ustadz di majelis taklim kita, juga guru-guru agama di sekolah-sekolah, sudah pasti punya pengalaman berurutan memperoleh kuliah Nahwu shorof, muthola'ah, tafsir,sirah, qurdist---seri 1 sampai sekian tingkatannya...) Hampir dipastikan bahwa hati merasa perih kalau melihat tayangan Abu Marlo yg 'menyimpulkan makna al-quran' dengan serampangan.
Memang 'profesi Ustadz' (untuk tayangan publik) di RI belum ada 'sertifikasi'-resmi sebagaimana di Malaysia dan Timur Tengah, namun untuk etika dan norma, seharusnya semua masyarakat sadar, kalau memaknai quran, tak sama dgn siasat gaya sulap. Bahkan teman-teman yang 'Ustadz asli' sering begitu tawadhunya, gakmau dipanggil Ustadz... :-).
Halus sekali penyimpangan dalam ceramah yg disebut sebagai 'tausiyah/ motivasi' Abu Marlo ini, dan lagi-lagi---korbannya adalah masyarakat awam.
Astaghfirrulloh, semoga masyarakat Indonesia senantiasa tegar dan teguh dalam keimanan, dalam menjaga keislaman secara kaffah, dan mampu melalui berbagai cobaan dgn sabar dan menjaga sholat. Aamiin... آمــــــــــــــــــين يا رب العالمين
:-/
أستغفر الله
أستغفر الله
أستغفر الله
Al-Hafizh Al-Nawawi mengisahkan:
وعن الشافعي -وقد سئل عن مسألةٍ فلم يجب-، فقيل له، فقال: “حتى أدري أن الفضل في السكوت أو في الجواب”.
“Dari Al-Imam Al-Syafi’i -pernah ditanya tentang suatu permasalahan dan ia tidak menjawab-, ia berkata: “(Saya tidak akan menjawab) hingga saya mengetahui mana yang lebih utama antara diam atau menjawab.”
Dari Al-Atsram, ia berkata:
سمعتُ أحمد بن حنبل يكثر أن يقول: (لا أدري)
“Saya mendengar Imam Ahmad bin Hanbal banyak berkata: “Saya tidak mengetahuinya”
Yakni menjawab tidak tahu ketika ditanya tentang suatu permasalahan. (Tausiyah Article brother Irfan Abu Naveed)
Wassalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh. :-)