Photobucket

Monday, March 7, 2011

Si Bunglon

pic : zoo Krakow in the end of winter, bunglonnya ngumpet, gakmau dipotret, hihihi


Suatu hari sulungku menanyakan prihal hewan yang satu ini, si bunglon memang populer sebagai tokoh film kartun atau saat dikunjungi di kebun binatang.

Jika berada di rimbunan daun hijau, warna tubuhnya pasti hijau. Begitu pun saat bunglon sedang bersantai di atas batu coklat kehitaman, warna tubuhnya berubah sebagaimana warna batu tersebut. Subhanalloh…

Daya serap dan daya tangkap seorang anak sedang berkembang, pikirku, bunglon itu sangat menarik perhatian si kecil. Kameleon, dia sebut dalam bahasa lokal.

Sebagaimana pelajaran tentang kerajaan semut yang senantiasa bekerja sama dan tolong menolong, maka bunglon selaku makhluk ciptaan-NYA pun memiliki pelajaran dan hikmah tersendiri yang dapat diserap akal manusia.

Sang guru menjelaskan bahwa di dalam sel-sel kulit si bunglon, ada zat-zat khusus yang langsung beradaptasi atas suhu lingkungan, tempat dan cuaca dimana ia berada.

Percepatan gerak lidah bunglon dalam menangkap mangsa adalah lima kali lebih besar daripada yang dapat dicapai oleh sebuah jet tempur. Buku-buku teks zoologi menjelaskan bahwa lidah balistik bunglon diperkuat oleh seutas otot pemercepat (akselerator).

Otot ini memanjang ketika menekan ke bawah pada tulang lidah, yang berupa tulang rawan kaku di tengah lidah, yang membungkusnya. Namun saat penelitian dikembangkan, Para peneliti membedah jaringan lidah dan menemukan bahwa otot pemercepat sama sekali tidak cukup kuat untuk menghasilkan gaya yang diperlukan ini sendirian.

Dengan meneliti lidah bunglon, mereka menemukan keberadaan sedikitnya 10 bungkus licin, yang hingga saat itu belum diketahui, di antara otot pemercepat dan tulang lidah. Bungkus-bungkus ini, yang melekat ke tulang lidah di ujungnya yang terdekat dengan mulut, teramati mengandung serat-serat protein berajutan spiral.

Serat-serat ini memadat dan berubah bentuk ketika otot pemercepat mengerut dan menyimpan tenaga bagaikan seutas pita karet yang tertekan. Ketika mencapai ujung bulat tulang lidah, bungkus-bungkus yang ketat dan memanjang ini secara bersamaan menggelincir dan mengerut dengan kekuatan dan melontarkan lidah.

Secepat serat-serat ini menggelincir dari tulang lidah, bungkus-bungkus saling memisahkan diri bagaikan tabung-tabung sebuah teleskop, dan karena itu lidah mencapai jangkauan terjauhnya. Van Leeuwen berkata, “ini adalah ketapel teleskopis.”
Ketapel ini memiliki ciri lain yang amat menyolok.

Ujung lidah mengambil bentuk hampa pada saat menghantam mangsa. Ketika terlontar, lidah ini dapat menjulur sejauh enam kali lipat panjangnya, “haaap!”, bunglon menangkap mangsa! Dan ketika istirahat di dalam mulut lidah kembali ke ukuran semula, dan dua kali panjang tubuhnya sendiri.

Adalah Cornelia, salah satu kenalan yang beragama Islam “ktp”, ia menganalogikan sikap bunglon sebagaimana dirinya yang telah lama hidup bebas di benua Australia dan Eropa.

... Lanjut ke TKP-eramuslim oase iman di link ini yah sobat-sobat... ;-)


Salam ukhuwah dari Krakow, barokalloh with family...

No comments: