Photobucket

Wednesday, April 6, 2011

Penyakit Itu Bernama Kehilangan Rasa Malu

pic : sudut penjualan lukisan 'sebebas-bebasnya' @Oldtown Krakow


Assalamu'alaykumwrwb...
Semoga hari ini tetap optimis berkarya! (^-*)

Sebentuk kekhawatiran yang amat sangat besar membuat saya tuliskan dalam artikel ini, semoga bermanfaat...

Bu Rahayu tampak bermuka kencang, istilahnya ngotot di hadapan orang-orang yang ber-tabayyun kepadanya, “Sumpah! Saya tidak bilang begitu, saya tidak seperti itu! Sumpah, Demi Tuhan!”, meluncurlah kalimat-kalimat lain yang bernada iba dan memohon agar ucapannya dipercaya. Bahkan menjual air mata palsu di hadapan manusia sekitarnya. Padahal, sosok-sosok di sekitarnya adalah orang-orang yang juga menyayanginya dan mempercayai ‘pihak lawan’ dari bu Rahayu atas kasus di hadapan mereka, sehingga mereka hanya meminta agar kejujuran mengakui perbuatan dilakukan oleh beliau, mengakui kekhilafan secara tenang dan bermaafan pastilah berbuah ketenangan jiwa. Jikalau sampai kini malah retak sebuah hubungan kekeluargaan, Bu Rahayu harus banyak bercermin, ulahnya sendiri yang menyebabkan hal itu terjadi.

Begitu pun sikap Tara, saat merasa aibnya terkuak lebar gara-gara banyak lalai menunaikan tugas yang diemban, juga sikap tak sopan pada orang tua, maka dengan pongah dan sibuk bagaikan jumpa-pers kemana-mana ia membela diri di hadapan rekan-rekan, pacar, dan komunitas pergaulannya. Begitu sigapnya ia bisa membalikkan fakta dengan memposisikan diri sebagai korban yang dizholimi dalam cerita versinya, padahal secara fakta, “si pihak berlawanan” adalah yang telah dizholimi Tara. Tali-tali kencang persaudaraan yang solid bisa langsung putus tercincang hanya gara-gara sudah kehilangan rasa malu sebagaimana sikap Tara tersebut.

Kenapa lisan, jemari dan perbuatan bisa bertolak-belakang dari kebenaran, padahal Allah ta’ala selalu mengawasi diri kita? Telah hilang rasa malu dari jiwa-jiwa kita ketika bisa membolak-balikkan yang benar menjadi salah, dan yang salah malah dibenarkan. Bahkan ketika sudah tersudut pun, bisa saja tetap mencari celah alasan demi pembenaran. Rasa malu kepada Allah ta’ala sudah terkalahkan, malah malu kepada manusia sekitar. Rasa takut kepadaNya bahkan telah hilang, malah lebih takut pada penjara dunia. Naudzubillahi minzaliik.


Sejalan dengan itu, Pak Bandit pun tak kalah hebohnya, di kantor dengan lincahnya mondar-mandir saja, ke cafĂ©, kantin, atau browsing yang tidak ada urusan dengan pekerjaan saat itu. Setumpukan tugas diserahkan pada teman lainnya dalam satu team, si X, si Y, dan si Z. Padahal teman-temannya yang baik hati itu selalu saling toleransi jika membantu pekerjaan kantor lainnya, terutama kalaulah salah satu teman memang punya urusan urgent lain, semisal ada anak atau istri yang sakit sehingga harus mondar-mandir ke rumah sakit, dsb. Namun Pak Bandit dengan cueknya malah ‘mengorbankan’ teman-temannya, tak jelas apa yang dia lakukan sementara yang lain memiliki kesibukan tugas yang luar biasa banyaknya. Kemudian saat laporan tugas kepada pak manajer, Pak Bandit malah mengatakan bahwa semua tugas yang dirampungkan adalah hasil pekerjaannya, lincah nian lidahnya ditambah senyum kebanggaan saat berbicara di ruang rapat, apalagi pada saat itu, teman lain satu teamnya sedang tidak ikut rapat dikarenakan telah mengatur jadwal pekerjaan lain yang harus cepat rampung, sungguh komplet sandiwara Pak Bandit, yang naik pangkat malah dirinya, pak manajer memujinya, aduhai… padahal yang memeras keringat dan air mata adalah teman-teman lainnya.

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.” (QS. Al-Baqarah [2] : 9)

Peristiwa sedemikian adalah amat sering kita temukan sehari-hari, di negeri manapun, di lokasi kantor atau perumahan, urusan dengan teman atau malah dengan saudara kandung.

Miris... Baca lanjutannya di link Oase Iman-Eramuslim kita ini yah....
Waspadalah... Semoga kita terjauh dari penyakit-penyakit hati dan badan, amiin ya Robbi...
Salam Ukhuwah, syukron wa jazzakumulloh khoiru jazza atas kunjungannya, :-) wassalamu'alaykumwrwb. ^-^ ❤

3 comments:

Anonymous said...

semoga kita tidak tertular demikian, setuju, mbak, amiin.

-Rey-

Anggana said...

Subhanalloh... Sudah terlalu menyebar penyakit tsb, apalg di Indonesia. :(

bidadari_Azzam said...

Smoga kita terjauh dari hal sedemikian, amiin.
Syukron jazzakumulloh khoiru jazza
;-)