Assalamu'alaykum, :-)
Bismillah walhamdulillah...
Tiga musim gugur kami lalui di Krakow, sebentar lagi akan genap enam tahun kami berada di luar nusantara. Jutaan kata masih berkecamuk, menanti untuk ditumpahkan dalam bentuk lembaran buku, menunggu jemariku punya waktu, sebab pekerjaan utama amatlah banyak, :-) sabar....
Ada beberapa catatan tentang pengalaman selama di luar negeri, simaklah jika kalian tertarik untuk memotivasi diri :
1. Segala urusan birokrasi, administrasi, dll, termasuk perpajakan, asuransi keluarga, dsb, semua akan berjalan mudah jika dokumen keluarga kita lengkap. Maka, simpanlah baik-baik dokumen terpenting kalian : Akte kelahiran, buku nikah, KK, passport, ijazah, surat-surat keterangan prestasi (sertifikat, tanda penghargaan, dll), dll.
2. Sadari bahwa kita WNI, dan berarti gerak-gerik kita akan "dianggap" sebagai nama bangsa Indonesia. Berbanggalah anda kalau menyebut nama kami, di Poland~khususnya Krakow, tanggapan orang bisa saja seperti ini, "Wah, Indonesia! Great! Your people 'have build' a masjid...", atau "Pani 'scarf' ... she has give me a scarf!", (astaghfirrulloh, afwan, bukan untuk ujub, blog ini dibaca teman-teman Poland, dan saya hanya memberikan contoh kecil supaya kalian kian bangga dengan tanah air kita).
Di Krakow, ada WNI yang disiplin, lho ;-)... Bahkan teman-teman di Eropa, banyak yang 'ngaret' :-D, misalnya saat janjian mau ketemu, janjian
chatting, atau ketika berkirim benda-benda via pos.
Di Krakow, ada pemuda Indonesia yang berjasa meningkatkan perekonomian Uni Eropa, say... :-), seraya *lirik-lirik
dear Abu Azzam*, Walhamdulillah 'ala kulli hal, prestasi dan kemajuan karir adalah suatu bentuk keteladanan pula buat anak-anak serta generasi selanjutnya, insya Allah.
3. Tingkatkan kepercayaan diri di luar negeri! Biasanya yang menyebabkan PEDE kita merosot adalah oknum di negeri sendiri, dari sejak lamanya proses membuat passport, visa, legalisasi dokumen, dsb, hingga pungli-pungli di berbagai tempat, khususnya saat di bandara tanah air. Kian tekun menggali ilmu pengetahuan dan tetap optimis (akan hari pembalasan) adalah salah satu tips untuk mengasah rasa PEDE kembali.
4. Warga Asing (bule) Eropa & Amerika biasanya diagung-agungkan oleh orang-orang di tanah air kita, di asia secara umum, termasuk oleh orang Arab. Netralkanlah hati anda terhadap hal ini, karena bule juga manusia, kenyataannya banyak bule yang mengemis, yang tidak sekolah, yang pemalas, bahkan yang penipu dan yang hanya menjual 'kebule-annya', padahal keahlian tidak punya. Di tanah pertiwi pun, ada kursus bahasa Inggris yang pengajarnya adalah bule-bule "mantan pengamen" yang pemabuk atau tukang ojek kalau di negeri bulenya, dia berhasil menikmati fasilitas di apartemen ibu kota dan bermewah-mewahan di tengah kehidupan rakyat RI.
5. Mohon tidak menyamakan nama Islam dengan orang Arab. Islam bukan orang arab, dan orang arab bukan pencerminan dari Islam. Demikian pula para bule Eropa dan Amerika, mereka bukan pencerminan orang kristen atau agama manapun. Kalian akan bertemu dengan orang yang sangat baik hati, maupun dengan orang yang sangat buruk perangainya, hal itu tergantung takdir masing-masing kita. :-)
Di Malaysia, Thailand, Afrika maupun Eropa, kami sering berjumpa orang-orang Arab. Fenomena yang terjadi kebanyakan adalah mereka yang sudah berumur~menikahi beberapa wanita bule, sedangkan kaum muda yang pengangguran~pacaran dengan remaja eropa, ada pula yang mengatas-namakan 'dakwah'. Dan tahukah kalian, bisa jadi orang Arab yang kalian temui adalah mereka yang yahudi, berasal dari negara laknatulloh Israel, atau pun pengungsi dari negara sekitar yang mirip-mirip Arabian. Juga satu hal yang harus diketahui, kebanyakan orang Arab (yang bahasa ibunya sendiri adalah bahasa Arab) ternyata tidak bisa mengaji, alias membaca qur'an tidak dengan kaidah yang benar, alias belum memahami makna ayat-ayat tersebut. Sehingga ada banyak orang Arab yang malah berguru dengan orang Indonesia, lho.... :-)
6. Hindari "sikap gak enakan", katakan sejujurnya kepada siapa pun, baik teman WNI maupun teman bule tentang reaksi atau tanggapan kamu terhadap sesuatu hal yang ditanyakan oleh mereka. Terus teranglah dan tunjukkan kemampuanmu secara jelas. Misalkan dia meminta pertolongan untuk membawakan sesuatu, namun kamu tidak bisa, langsung saja, "Sorry, I can't...", dan masalah selesai. Karena kebiasaan 'orang kita' yang sikap 'gak enakan' itu, sering bilang "Boleh, iya....", tapi di hati "Duh, gak mau, gak bisa...".
Kamu harus berani mengubah sikap ini, rata-rata WNI yang ber-
mind set bagus sudah memahami bahwa kejujuran bereaksi sangat penting, di dalam pergaulan maupun di dunia pekerjaan kantor kita. Singkatnya, jujurlah, bersikap terbuka, katakan dalam hatimu bahwa temanmu pasti lebih suka kejujuran dari pada kebohongan yang terus-menerus ditutupi (ingatlah, kebohongan pasti akan berlanjut di kebohongan seterusnya, bahaya!).
7. Tanggap situasi dan rajin membaca berita. Saya pernah membaca cerita di surat kabar bahwa ada mahasiswa WNI yang berurusan dengan polisi 'hanya' gara-gara menyapa anak kecil saat berada dalam gedung yang sama. Hal itu dikarenakan si anak melapor kepada ortunya bahwa ia akan diculik oleh si penegurnya. (*nah lho...gedubraks!*)
Mayoritas orang Indonesia di luar negeri memang orang-orang baik, *jujur deh*, sohib-sohib Turkey, UK, India, dll selalu bilang padaku,
"Aduuuh, ingin sekali ke Indonesia, dan berjumpa jutaan orang baik seperti kamu....:-)", (afwan, sekali lagi, bukan ujub.... *piss*)
Mereka bercerita tentang orang-orang Indonesia di saat beribadah haji atau umroh, mukanya ramah-ramah, sikapnya baik budi, ringan membantu sesama, senang menyapa, dan amat sopan, sehingga sangat mengesankan. Allahu Akbar!
Btw Selamat yah, warga negara Indonesia! :-*
Waspadalah dengan sikap terlalu ramah dan baik hati ini, jangan sampai menjadi bumerang fitnah karena dimanfaatkan oleh pihak tertentu.
8. Hindari perbuatan yang "mendekati" pelanggaran hukum.
Jadi, jangankan berulah, "mendekatinya" saja, tolong jangan deh!
Kalau ada keributan dengan orang pribumi, posisi WNI benar, belum tentu juga menang, lho... Apalagi posisi "penolong rakyat" tidak tanggap di lapangan, sobat! (paham kan maksud saya?!). Apalagi kalau berbuat salah, sudah pasti susah untuk dibela, jadi jangan cari masalah, berjauh-jauhlah dengan hal-hal yang kira-kira bakal menyulut emosi, bakal rusuh, ada musuh berulah, dan sejenisnya. Ingatlah, kita 'tamu', buatlah
records yang baik di mata dunia.
9. Di luar negeri, hargai dan senangi nominal saat itu, usah
dibandingin melulu dengan rupiah, alias jangan pelit-pelit terhadap diri sendiri. Kamu bisa-bisa nggak makan kalau
ngitung-ngitung "sayaaaang, ah...", melulu...
Misalnya kayak teman yang kalau belanja makanan, "10 Euro, waduh mahal amat... di Indonesia ini kan cuma
segini harganya, bisa dapat sepuluh kali lipat...". Hal ini sama saja menyusahkan diri sendiri, tiap negara, beda pendapatan per kapita, dan beda pula nilai nominalnya, say, :-). Cocoknya yang kamu hitung adalah seberapa besar uang yang bisa kamu tabung saat itu, bujet pangan, sandang dan papan tetap harus layak buat keluarga tercinta.
Di Indonesia kalian bisa kenyang makan nasi banyak-banyak. Namun kalau di Eropa tetap doyan nasi
doang, rugi juga dong, say... Karena (menurut sobat-sobat asia dan juga keluarga saya) nikmatilah susu dan keju yang sedap di Eropa! Di Asia kan harga susu dan keju amat mahal, juga jus dan buah segar, subhanalloh! Sebagai contoh kecil, di Poland, sekarung apel segar bisa diperoleh hanya dengan
50 ribu rupiah (kalau di-kurs-kan), isinya sekitar 40 buah apel, manis dan lezat. Kalau di Indonesia, cuma bisa dapat tiga apel
import yang belum tentu rasanya enak. :-(
10. Tingkatkan kesyukuran, tetaplah dalam kesabaran. Luruskan niat, banyak yang kita temui, pengalaman berharga yang tidak didapat di dalam area RI, pengetahuan dan informasi yang lebih luas, dan lain sebagainya. Wawasan yang kian bertambah bisa menyebabkan tinggi hati dan tergoda untuk menjadi sombong, inilah perjuangan jiwa,
"cleaning....", semakin lama di negeri orang, kita harus makin rajin mengintrospeksi diri supaya tenang menjalani hari. Bersih dan sehat jiwa raga akan membawa kedamaian senantiasa. :-*
Perbanyak teman dan sahabat (dimana pun berada) sebagai harta terbesar buat kita, mereka yang mengingatkan di saat jalan berbelok arah, mereka yang membantu mengusap air mata duka, mereka yang senang berbagi rasa. Semangat!
Maaf lahir batin jika tidak berkenan, semuanya adalah berdasarkan pengalaman pribadi, :-) kalau ada yang kuingat lagi, insya Allah akan kutambahkan nanti, :-).
Barokalloh selalu, semoga tetap semangat dalam segala aktivitas kebaikan, aamiin... :-)
Salam Ukhuwah dari Krakow, teman-teman! ^^
^^ Sudah follow twitter @bidadari_azzam, kan? ;-))