Photobucket

Monday, April 16, 2012

Mengoreksi Diri: Tuntunan Akhlak Terpuji




Sobat kita, sebut saja Mpok Mimin (maaf kalau ada kesamaan nama samara ini), tadinya beliau adalah korban pemecatan yang tak adil dari perusahaan kecil di desanya, menyebabkan ia terpuruk dalam kondisi ekonomi yang buruk, biasanya ia membantu biaya sekolah adik-adiknya.

Namun beberapa tahun kemudian, Mpok Mimin sudah tersenyum ceria jika bepergian, ia terbilang sukses menerobos kesulitan, dimulai dengan usaha kredit pakaian ke tetangga di kampungnya, kemudian ia membuka usaha catering buat masyarakat yang hendak melakukan acara keluarga atau kenduri, dsb.

Tak disangka, suami Mpok Mimin diajak sang atasan untuk berdinas di negara tetangga, Mpok Mimin makin bangga dan bahagia, bahkan hal itu menjadi ladang perluasan usahanya, di negara tetangga tentu banyak orang Indonesia yang doyan masakan khas Indonesia hasil racikan si mpok. Senangnya Mpok Mimin, terjauh dari beban kenaikan harga-harga akibat BBM selalu melambung.

Begitu pun Sister Lala, ia amat bangga dengan kesuksesan meraih bea siswa di sebuah negara Eropa, menggebu-gebu semangatnya untuk maju sekaligus pujian diri sendiri akan kepandaian yang ia miliki. Hingga bertahun lamanya, nilai-nilainya selalu membanggakan, fokus pikirannya selalu urusan nilai akademik, sampai lupa ketika usia hampir melewati 35 tahun, temannya mengingatkan akan pernikahan.

Sister Lala amat beruntung, ada seorang muslim yang sholeh, melamarnya di usia hampir empat puluh. Mereka pun menikah. Kedua suami-istri itu amat cerdas, dan tampak saling mencintai. Kemudian atas kehendak Allah Sang Maha Kuasa, mereka diuji dengan kehadiran ananda yang berkebutuhan khusus, segala kebutuhan amat khusus bagi si anak. Terapi yang diperlukan menelan biaya puluhan juta rupiah setiap bulannya, dan suami-istri itu cenderung makin bekerja keras, lembur dan lembur, mengharapkan dapat mengumpulkan banyak tabungan karena khawatir jika dana buat anaknya tak mencukupi sedangkan usia mereka tak lagi muda.

Sister Lala merasa bahwa suaminya sudah banyak bersedekah, dan itu sudah cukup sehingga pernah ada pihak keluarganya dan tetangga yang meminta pertolongan, dengan kesal ia bilang, “Kenapa harus menolong kalian terus sih? Gak selesai-selesai menolong dan menolong terus, kan sudah dibantu suami saya, kapan dong kalian tuh gak minta pertolongan pada kami lagi?!”

Sama juga dengan Mpok Mimin yang terbilang amat banyak teman yang terbiasa bahu-membahu dengan dirinya, tapi Mpok Mimin sering gelisah dengan adik-adik dan keluarga besarnya yang doyan meminta suntikan dana. Alih-alih mengungkapkan dengan bahasa indah yang lemah lembut, Mpok Mimin malah ngomel atau melempar umpatan di akun on-linenya, misalkan kalimat, “Kapan loe jadi orang gak usah nyusahin gue mulu?!”, ia bilang bahwa, “Kalau orang miskin, ya susah, tanggung jawab aja hidup jadi susah, banyak sabar kek, masa’ gue harus ngorbanin diri gue melulu nih buat ngasih bantuan ke si anu itu… gue dan keluarga punya kebutuhan masing-masing, semua punya tanggung jawab dalam keluarga, jangan nyusahin semua orang dong!”.

Yah, kita pun sering tergoda untuk ‘mendamprat’ orang lain yang kita anggap menyusahkan. Ada temanku yang menabung susah payah buat membeli barang yang diinginkannya, kemudian pas dana itu terkumpul, ia harus bersabar untuk tak jadi membeli barang itu karena uang tersebut akan dipakai buat membantu biaya opname adiknya yang menderita demam berdarah.

Sohibku lainnya, memperoleh bonus dari perusahaan sebesar seratus juta rupiah, uang yang jarang-jarang didapat dalam jumlah sebesar itu. Ia pun berniat membuat tabungan haji dan mengajak anak istri untuk umroh terlebih dahulu. Namun niat umroh ternyata harus dibatalkan, ia merelakan dana itu untuk membantu sang ibunda yang bertepatan saat itu ternyata divonis menderita kanker dan harus segera melakukan operasi dan terapi. Mungkin kalian pun pernah mengalami hal itu, sama sepertiku dalam pengalaman lain di artikel berbeda.

Dalam Q.S. Al-Isra, golongan mukmin memperoleh tuntunan akhlak terpuji sebagaimana perintah wahyu Allah ta’ala. Awal ayat-Nya pada surah ini membahas peristiwa Isra’ Mi’raj, tentang Al-Aqsho, Kaum Nuh alaihissalam, perintah agar bani Israil tak mencari pelindung lain selain-Nya, dll termasuk tentang berita gembira bagi orang beriman yang tetap menjadikan Al-Qur’an sebagi pedoman.


Mari kita coba mengoreksi diri dengan bercermin pada QS Al-Isra’ : 18-39, berdasarkan terjemahan Syaamil Qur’an dalam bahasa Indonesia. Di ayat sebelumnya Allah SWT memberikan pilihan kepada manusia, pilihan-Nya antara lain:
1. Siapa yang menginginkan kehidupan dunia? Konsekuensinya : Allah SWT akan segerakan baginya dunia kepada orang tersebut dan menentukan Neraka Jahanam baginya. Mereka akan masuk kesana dalam keadaan tercela dan terusir. (Ayat 18)
2. Siapa yang menginginkan kehidupan akhirat ? dan berusaha ke arah itu dengan bersungguh-sungguh sedangkan dia seorang mukmin, maka usahanya akan dibalas dengan baik. (Ayat 19)

Allah SWT akan memberikan kemurahan-Nya kepada dua golongan tersebut karena Kemurahan Allah SWT tidak bisa dihalangi. (Ayat 20), Akan tetapi perhatikanlah bahwa Allah ta’ala akan mengutamakan satu golongan dari lainnya, mereka yang memilih Akhiratlah yang lebih tinggi dan lebih besar keutamaannya. (Ayat 21)

Bagi orang mukmin, terdapat beberapa tuntunan bagi mereka yang memilih Akhirat:
1. Jangan menduakan Allah SWT, bukan karena Allah SWT sangat butuh kita…tapi justru "Fataq'uda madzmuuman makhdzuula" agar kita manusia tidak hidup tercela dan ditinggalkan Allah alias kita merupakan hamba-Nya yang amat sangat membutuhkan Allah ta’ala (Ayat 22)
2. Berbuat baiklah kepada orang tua, jangan membentak mereka dan ucapkanlah perkataan yang baik. (Ayat 23) Rendahkanlah dirimu terhadap kedua orang tuamu dengan penuh kasih sayang dan berdo'alah untuk mereka, (Ayat 24), insya Allah sedari kecil kita dijejali hafalan do’a indah buat kebahagiaan ibu-bapak. “Robbanaghfir lii wa lii waalidayya war hamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo”.
3. Berikanlah kepada keluarga dekatmu hak mereka…(ingatlah bahwa keluarga dekat kita punya hak dari kita. Mereka wajib dibantu, disayangi, tidak boleh ditelantarkan, dst) (Ayat 26)
4. Berikan kepada orang miskin hak mereka... (berzakat, berinfaq dan bersedekahlah kepada mereka, Ayat 26)
5. Berikan kepada orang yang sedang dalam perjalanan hak mereka (ayat 26)

Pada poin 3,4,5 ada makna tersirat kepada manusia para mukmin untuk dapat memberi artinya menunjukkan perlunya bekerja keras mencari harta (yang kegiatan kita ini terhitung sebagai ibadah) sehingga dapat memberi bantuan kepada yang membutuhkan.
6. Dan jangan menghambur-hamburkan harta…(hindari boros)
Setelah perintah memberi yaitu isyarat untuk mencari rezeki diikuti dengan jangan menghamburkan harta, dalam Tafsir Ibnu Katsier adalah lebih baik dalam hal mencari rezeki dan membelanjakannya dengan cara yang pertengahan.

Di poin 3, 4, 5 pula Allah SWT berikan penekanan pada ayat 28, "Jika kamu tidak memberikan kepada mereka untuk memperoleh rahmat Tuhanmu.. alias gak bisa ngasih, gak berbagi untuk niatan baik.. maka kepada mereka ucapkanlah perkataan yang pantas. Karena (Ayat 29) kamu (1) jangan "membelenggu tanganmu dilehermu" alias pelit dan (2) jangan pula terlalu mengulurkan tanganmu.. alias terlalu bagi-bagi uang.. karena untuk yang 1 kamu akan tercela, untuk yang ke 2 kamu akan menyesal (semuanya tertulis pada ayat 29)

Pada ayat 30 Allah memberikan penekanan lagi untuk mengingatkan kita bahwa Allah akan melapangkan rezeki dan menyempitkannya kepada siapapun yang Dia kehendaki (mengingatkan kita bahwa rezeki kita itu dari Allah... jangan takut habis harta kita karena memberi bantuan)

7. Janganlah membunuh anakmu karena takut miskin… (membunuh, membuang anak di zaman ini makin banyak yang melakukannya… Naudzubillahi minzaliik) Allah SWT menjelaskan bahwa Kami-lah yang akan memberi kamu dan mereka rezeki. Karena membunuh itu adalah dosa yang sangat besar (Ayat 31)
8. Jangan mendekati zina (mendekati saja sudah dilarang, apalagi berzina. Kalau ada yang berkomentar miring, coba ingat bahwa ini penjelasan tuntutan hidup bagi mereka yang memilih akhirat dan sedang berusaha kepada jalan itu) karena zina adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk. (Ayat 32)
9. Jangan membunuh jiwa yang Allah haramkan untuk dibunuh melainkan dengan alasan yang benar (Ayat 33) dalam kitab Shahihain disebutkan Rasulullah SAW bersabda untuk pengecualian tersebut: yaitu mereka yang membunuh orang yang membunuh, orang muhsin yang berzina dan orang yang murtad dari agamanya. Tapi jangan lantas langsung membunuh karena banyak banget kategori 3 ini di sekitar kita, namun ini hukum Islam tapi kita di Indonesia tidak menggunakan hukum Islam, yang ada Perdata dan pidana.
10. Jangan mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang bermanfaat sampai anak yatim tersebut dewasa dan penuhilah janjimu (Ayat 34), janji kita itu pasti dimintai pertanggung-jawaban.
11. Berbuatlah keseimbangan dan timbanglah sesuatu atau ukurlah sesuatu dengan timbangan yang benar. (Ayat 35)
12. Jangan mengikuti sesuatu yang kamu tidak punya pengetahuan tentang hal tersebut karena pendengaran, penglihatan dan hati akan diminta pertanggungjawaban. Sesuatu yang masih belum jelas, gossip, samar-samar, sangkaan-sangkaan—mari kita ignore saja, ya. (Ayat 36)
13. Jangan berjalan di muka bumi dengan SOMBONG, (Ayat 37) kita tidak bisa menembus bumi dan tidak mampu menjulang setinggi gunung.

Semua larangan itu adalah kejahatan sangat dibenci di sisi Tuhanmu (ayat 38)

Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu (Muhammad)... (Ayat 39)

Semoga dapat menjadi pengingat bagi diri ini, Wallahu'alam Bish-Showab


(bidadari_Azzam, @Islamic Centre Krakow, 1 Safar 1433 H)

---telah dimuat di Oase Iman-Eramuslim serta beberapa website islami lain---

2 comments:

Anonymous said...

Assalamu'alaikum wrwb.

Mbak Riry, aku kirim email di buka ya, syukron. Hen And (Henny)

Henny said...

Syukron