Bismillah walhamdulillah... (from Islam Pos)
Suatu hari dalam kesempatan ‘Tour Eiffel’ ada secuil sikap seorang nenek yang menggelitik nurani. Ketika melewati beberapa lokasi tour di kota Paris, sang nenek yang paling sering berjalan jauh dari grup kami. Ternyata tak hanya mencari lokasi belanja souvenirs di emperan yang jauh dari jalan besar (toko-toko di jalan besar, biasanya menjual barang-barang dengan harga yang lebih tinggi), ia juga mencari tempat-tempat unik untuk mendokumentasikan perjalanan itu.
Pada hari ketiga tatkala kami sudah lelah karena banyak jalan kaki di area-area tour, sang nenek tampak tetap gagah menggandeng cucu dan anak perempuannya. Meski dari tempat parkir bus ke depan gerbang Menara Eiffel sudah lumayan jauh jaraknya, masih juga ia terus mondar-mandir ke segala penjuru area, termasuk tepian Sungai Seine yang berdampingan dengan menara besi tersebut.
Lokasi-lokasi tempat si nenek berpose-pose lumayan sulit dijangkau, apalagi buat seorang ibu yang menggendong bayi sepanjang jalan serta membawa dua kanak-kanak lain sepertiku. Bagi teman lain digrup tour itu pun demikian, betapa capeknya kalau kaki terus berjalan jauh di tengah musim panas, hanya untuk mengambil beberapa foto saja. Kebanyakan anggota grup lainnya ‘menempeli’ pemandu wisata sejak awal antrian naik ke menara, berbincang ringan hingga menanti giliran menikmati armada kapal di Sungai Seine.
Sang nenek yang amat lincah memberikan alasan, “Bukan cuma foto unik, tapi semakin sulit lokasi yang dicari, makin bagus juga pemandangan yang dilihat…” ujarnya. Matanya haus akan pemandangan indah yang dapat dilihat lebih luas dan berbeda dari para turis lainnya. Memikirkan kalimatnya, ternyata benar juga. Apalagi kami sekeluarga ingin sekali berfoto berlima dengan batik Indonesia saat itu, namun mencari lokasi yang pas di area depan menara besi itu memang agak sulit kalau pengunjung sangat padat.
Analogi si nenek adalah hal sederhana, namun berefek besar bagi yang merenungkannya. Berbekal kalimat motivasi si nenek, “Langkah kaki capek tak akan sia-sia ketika melihat pemandangan yang lebih indah di lokasi yang memang lebih jauh…” maka kami melangkah lebih jauh pula dari grup-grup tour untuk beberapa saat. Kami jalan ke arah lain, lokasi yang agak jauh dari keramaian yang ada, dan justru di tempat itu pemandangan sekitar memang amat bagus, jauh lebih indah dari pada pemandangan di dekat menara besi tersebut. Subhanalloh, lega hati tatkala merapikan tripod dan duduk di bebatuan, tidak berdesak-desakan dengan pelancong lainnya. Capek kaki, pegal, tapi sungguh gembira.
Saya pun mengenang masa pramuka zaman masih bersekolah dulu, ada kalanya harus mendaki bukit di area kemah, sampai berkeringat deras, kehausan dan hampir menitikkan air mata. Namun ternyata ketika tiba di tempat tujuan di balik bukit itu, yang hadir justru rasa syukur karena amat berbahagia. Pertama, bersuka cita karena sudah melewati aral melintang. Kedua, bergembira karena melihat betapa indahnya tempat yang dituju, tidak menyesal sudah berletih-letih dan melalui ragam kesulitan saat pendakian bukit.
Ternyata kita selalu begitu, ingin melihat ‘tempat terindahNya di jannah’ kelak, maka di muka bumi ini kita senantiasa menemui cabaran. Semakin berusaha menuju kebaikan, kian terjal pula jalan yang didaki. Terluka, deras keringat dan air mata menjadi hiasan. Ikhlas adalah sebuah keharusan, proses kita menuju kesana, jalan hidup ‘sulit~bagi banyak orang’, namun pilihan terbaik bagi orang beriman. Insya Allah…
Dengan susah, kita mengerti artinya senang. Dengan kesulitan, kita menemui adanya kemudahan. Dengan sakit, kita jadi paham betapa berartinya sehat. Dengan semua proses itu, kita menjadi lebih bersyukur, yakin berada di jalan selamat. Segala kesulitan memang berbuah anugerah, inilah hadiah dari Allah ta’ala buat hamba yang dicintaiNya. Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa baginda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melainkan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.”
Tidak ada pilihan bagi kita selain mempelajari segala hikmahNya di setiap kejadian yang dilalui, bekal dari Allah SWT sudah sempurna ; raga yang sehat, hati jernih, akal pikiran yang tajam, serta jiwa yang optimis dalam keimanan padaNya. Mari bersemangat menikmati segala anugerah ini, barokalloh!
(@bidadari_azzam, Salmiya-Kuwait, 13 Ramadhan 1434h) *Secuil kisah ini pernah saya share di kajian sisters Muslimah Krakow, skype on-line sisters di Eropa, dan silaturrahim dgn muslimah Palembang :-)
Barokallohu fiikum , Salam Ukhuwah ... ^-^ ❤
Happy Ramadhan! (^_^)
Wassalamu'alaykumWrwb... :-)
Tetap saling do'a yah^^ Jangan segan bersilaturrahim via twitter @bidadari_azzam ^^
2 comments:
Subhanallah. Inspiring story mak :)
semakin sulit yg kita tempuh semakin bersyukur, ya, Mbak
Post a Comment