pic: Bangkok, Azzam's birthday party, august'07
Your Children are not your children
They are the sons and daughters of life’s longing for itself
They come through you but not from you…
And though they are with you yet they belong not to you…”
“Anak-anakmu bukanlah milikmu
Mereka adalah milik kehidupan itu sendiri
Mereka datang melaluimu, tapi bukan darimu…
Dan walaupun mereka bersamamu, tapi mereka bukan milikmu…”
(Kahlil Gibran,”The Prophet”)
Jika anak dibesarkan dengan CELAAN, Maka ia belajar Memaki,
Jika anak dibesarkan dengan PERMUSUHAN, Maka ia belajar Berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan CEMOOHAN, Maka ia belajar Rendah Diri
Jika anak dibesarkan dengan HINAAN, Maka ia belajar Menyesali Diri
Jika anak dibesarkan dengan TOLERANSI, Maka ia belajar Menahan Diri
Jika anak dibesarkan dengan DORONGAN, Maka ia belajar Percaya Diri
Jika anak dibesarkan dengan PUJIAN, Maka ia belajar Menghargai
Jika anak dibesarkan dengan SEBAIK-BAIK PERLAKUAN, Maka ia belajar Keadilan
Jika anak dibesarkan dengan RASA AMAN, Maka ia belajar Menaruh Kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan DUKUNGAN, Maka ia belajar Menyenangi Dirinya
Jika anak dibesarkan dengan KASIH SAYANG dan PERSAHABATAN, Maka
Ia Belajar Menemukan Cinta dalam Kehidupan
(Dorothy Law Nolte,”Children Learn What They Live With”)
Anak-anak adalah cerminan kita...
Mereka meniru dan mencontoh orang tuanya...
Anak-anak adalah charger kita...
Mereka mengisi "batere" kosong dalam jiwa kita...
Anak-anak adalah bekal kita...
Anak-anak sholeh yang kelak mendo'akan kelapangan kubur kita...
Anak-anak adalah harapan kita di dunia...
Mereka tabungan kita di akhirat...
Anak-anak bukanlah sosok yang butuh banyak didikan kita...
Namun mereka adalah sosok-sosok yang bahkan mendidik kita...
Anak-anak...
Dulu kita merasakan indahnya masa menjadi anak-anak...
Dan kini, mari kita berusaha agar anak-anak kita mengenang keindahan yang lebih indah dalam nikmatnya masa anak-anak...
:)
(KL, 16.01.2008.20:13)
Buat anak-anak seisi dunia, "I love u all!!!" :) mmmmmmuach ;)
Wednesday, January 16, 2008
Sayangi Anak-anak...
Dalam Perantauan : Pernahkah Kamu Kangen Ayah Bundamu?
Note: Sebelum berangkat lagi ke Bangkok, november 2007 lalu, foto2 dulu tuh, ;)
kangen? pasti pernah dong.... :D
tapi.... kita jauh dari ayah bunda, nih.... gimana yah? :)
Kita sama2 berdo'a yoook buat mereka... Setelah itu, kita telepon or sms-an nih... atau chatting juga boleh... :D... dijamin, makin kangeeeeen :) he3...
Do'a Anak Untuk Orangtuanya
Bismillahirrohmaanirrohiim...
Segala puji bagi Allah yang telah memerintah kami untuk bersyukur dan berbuat baik kepada ibu dan bapak dan berwasiat agar kami menyayangi mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidik kami sewaktu kecil.
Ya Allah sayangilah kedua orang tua kami. Ampuni, rahmati dan ridhoilah mereka.
Ya Allah ampunilah mereka dengan ampunan yang menyeluruh yang dapat menghapus dosa-dosa mereka yang lampau dan perbuatan buruk yang terus menerus mereka lakukan.
Ya Allah berbuat baiklah kepada mereka sebanyak kebaikan mereka kepada kami setelah dilipatgandakan, dan pandanglah mereka dengan pandangan kasih sayang sebagaimana mereka dahulu memandang kami.
Ya Allah berilah mereka hak rububiyah-Mu yang telah mereka sia-siakan karena sibuk mendidik kami.
Ya Allah maafkanlah segala kekurangan mereka dalam mengabdi kepada-Mu karena mengutamakan kami dan maafkanlah mereka atas segala syubhat yang mereka jalani dalam usaha untuk menghidupi kami.
Walhamdulillaahi Rabbil ‘Alamin...
[ Dikutip dari : Do’a “Birrul Walidain” Karya Syeikh Muhammad Abil Hibb Al-Hadharami At-Tarimi ]
Tuesday, January 15, 2008
Kalbu Nan Jernih : Laayukallifullahunafsan illa wus'ahaa...
Tim Pathology Bangkok Hospital menyatakan bahwa janinku normal, dan sehat, kehamilanku sehat, sehingga tidak ada alasan medis yang mengungkap kematiannya. Aku pun dibekali obat2an untuk 2 bulan ke depan sebagai perawatan lanjutan.
Awal desember,akhir tahun 2007 yang getir... Mungkin masih berjuta tanya di sudut jiwa nan tersisa. Aku bertanya padaMu, "Yaaa Robbi... Kenapa ini terjadi padaku??? Ya Allah, aku ini sosok yang patuh padaMu, sosok yang taat pada ajaran rosulMu, sosok yang tunduk pada suami dan orang tua, yang merantau jauh dari tanah air, yang terseok menggapai cita dalam pengabdian padaMU...Kenapa???"
Suara sang kalbu berbisik lembut, "Allah menyayangimu..."
Jiwa bergemuruh, mengingat-ingat ayatNya "Laayukallifullahunafsan illa wus'ahaa..." Duhai bidadari, Allah tidak membebani seseorang hambaNya melainkan sesuai dengan kesanggupannya...
Jiwa bergemuruh, menguntai kenangan hikmah dari para guru, "Jadikan sholat dan sabar sebagai penolongmu,wahai anakku... Sungguh indah prinsip hidup kita, Sabar dan syukur...sabar dan syukur dalam tiap detik menerima ketetapan perjalanan hidup dariNya..."
Jiwa bergemuruh, sepi...
Suara ketukan, kubuka "pintu" itu, seorang tetangga bersilaturrahmi. Ia berucap, "kamu pasti kuat saudariku... ketahuilah, dulu bayiku pun meninggal, ia menderita penyakit kuning...". Tetangga itu tak lama, ia berpamitan.
Suara ketukan lagi, tetangga lain datang. Ia berkisah, dulu pernah "hamil anggur". Ia datang berbela sungkawa,ikut berduka cita.
Suara ketukan lagi, tetangga lain datang. Ia pun pernah mengalami kehilangan bayi dalam rahimnya selagi masih berusia dua bulan.
Suara ketukan lain. Kali ini tetangga ini pun berkisah bahwa telah dua kali kehamilannya terganggu, dan ananda yang dinanti pun "kembali padaNya".
Suara ketukan lagi, dan lagi.
Beriring kisah kudengar. Kisah "para tetanggaku" yang beragam. Satu ibu yang berusia lanjut bahkan pernah empat bayi "meninggalkannya"! Satu ibu muda yang rahimnya harus diangkat karena penyakit yg menderanya! Satu ibu muda yang "ditinggalkan" tiga buah hatinya! Bahkan satu ibu muda yang "ditinggalkan" sang suami sementara buah hatinya masih kecil-kecil, berjumlah empat orang!
Ketukan-ketukan itu penyiram kalbu. Ketukan penuh hikmah penentram hati. Sungguh sang jiwa makin bertasbih indah, Subhanallah...
"Kamu tiada lupa, kan? Bahwa Allah masih melimpahkan segala karunia buatmu. Kamu masih bernafas dengan normal, kondisi tubuhmu baik, kamu harus bersyukur karena "diamond itu" pernah tinggal di rahimmu selama 4 bulan. Allah Sang Pemiliknya. Allah berhak memintanya kembali... kamu tiada lupa itu, khan? ", aku membisu.
"Allah cuma meminta "diamond"-mu, sedangkan kamu masih dilimpahkan kebahagiaan bersama Sang Belahan Jiwa, dan Mutiara Kasih... Kamu tiada lupa, kan? ", aku masih membisu.
"Kamu tiada lupa,kan? Ternyata para tetangga itu pernah mengalami kejadian serupa, bahkan lebih menyedihkan dari kejadian pahit yang kamu alami. Kamu tiada lupa, kan?", aku tetap membisu.
"dan pasti kamu tiada lupa bahwa Allah selalu menguji keimanan hambaNya. Allah menyayangi setiap hambaNya dan mengirimkan "surat cintaNya" untuk hamba-hamba pilihanNya... Ini masih belum seberapa dibandingkan perjuangan Rosulullah SAW dan para sahabat-sahabiyah...Ini masih belum seberapa dibanding mujahid-mujahid di Palestina, Astaghfirrullahal'adziim...", kebisuan berganti seulas senyum. "Laayukallifullahunafsan illa wus'ahaa..." Maka bersiap2lah menghadapi esok yang mungkin lebih pahit dari hari ini. Sebab orang beriman dan sabar akan keimanannya, hari yang manis baginya adalah di akhirat kelak...
Nurani Berkisah : Allah Mengambil Diamond-Nya Dariku
Pagi cerah musim dingin di Bangkok. Burung-burung dara seperti biasa beterbangan di sekitar jendela condominium kami. Kesibukan yang luar biasa, pagi tanggal 7 desember 2007, hari jum’at saat itu. Aku menyiapkan sarapan seraya membereskan pernak-pernik mainan Azzam. Maklumlah, rencana kepindahan kami ke Kuala Lumpur telah sangat matang. Semua barang 80% telah dipacking. Hari jum’at ini, aku dan suami akan berkunjung ke sekolah Azzam untuk berbincang seputar kemajuan hasil belajarnya, sekaligus “bagi-bagi kue” sebagai farewell Azzam. Rencananya, usai dari sekolah, suamiku langsung ke kantor untuk berbarengan berangkat sholat jum’at dengan teman-temannya seperti biasa. Dan rencana esok sabtunya, kami ingin jalan-jalan ke cjatthucak weekend- market, selanjutnya di hari minggu pagi berangkat bareng-bareng ke Kuala Lumpur, dan “say good bye Bangkok…”… :)
Aku tak menyangka… Mentalku kembali diujiNya. Hadits shohih yang paling sering kudengung-dengungkan “Cobaan akan senantiasa menimpa orang-orang beriman, harta, dan keluarganya, sehingga ia menghadap Allah dalam keadaan tiada dosa”, ternyata hadits itu “menamparku” dengan indah di hari itu. Tahukah kamu teman? Setelah pulang dari sekolah Azzam, ternyata rencana-rencana kami harus berubah total? Maha Suci Allah…
Pikiran dan hatiku nan mulai tenang mencoba mengasah ingatan. Dahulu, lima tahun-an lalu, saat aku dan suami yang “merasa tegar dan sanggup” menikah di usia sangat muda, banyak menghadapi rintangan dan tekanan dari orang-orang yang harus tetap kami hormati. Seiring waktu, Untaian cinta kasih kami terajut dalam menghadapi beragam masalah rumah tangga baru. Sejak saat itu, suamiku kusebut “Belahan Jiwaku”. Kami adalah satu jiwa yang utuh, jika tiada diriku disampingnya atau sebaliknya, maka individu yang ada hanya berisi separuh jiwa. Subhanallah! Dan di saat Ananda Azzam lahir 28 agustus 2003 lalu, kami pun dalam rutinitas permasalahan kompleks sebagai orang tua muda, sebagai mahasiswa-mahasiswi, teman-teman pasti bisa menebak-nebak segala kondisi sulit yang terjadi saat itu. Dan Subhanallah, kami mampu melewatinya… Azzam kami belai-belai sayang, dan kami sebut MUTIARA KASIH kami. Segala urusan kami makin lancar saat Azzam lahir. Bahkan karir suamiku sangat cepat terbang, Barokah Allah sangat kami rasakan.
Tahun selanjutnya dari Bandung pindah ke Jakarta, training ke Jerman, lalu bisa membeli rumah sendiri dari hasil jerih payah di usia belia, dan dari Jakarta merantau ke Bangkok, Thailand. :) Tak terasa Azzam sudah 4 tahun, sehingga kami memutuskan “bersiap-siap” kembali menyambut adik. Setelah suamiku bertugas project ke Johannessburg, Repoublic SouthAfrica, “hawa” sejuk ingin menambah momongan sangat terasa dalam rumah tangga kami. Di awal minggu September 2007, aku dan suami sangat gembira saat “sang Adik Azzam” telah positif dalam rahimku.
Tahukah kau teman? Azzam selalu berteriak memanggil-manggil “nabila…. Nabila…”, ia telah menamai adiknya… (he3he3…). Aku pun “menikmati” masa mual-mual, muntah-muntah, dan malas makan, yang dulu waktu kehamilan pertama tidak kurasakan. Aku berusaha “enjoy aja” dengan kondisi yang kurang fit ini, meskipun sulit. :) Di bulan ketiga kehamilan, kami sekeluarga menyebut Nabila sebagai PERMATA HATI, yang kupanggil “Diamondku….”. Subhanallah… Aku dan Diamondku punya tempat favourite kalau sedang makan. Aku ingin makan dan ngemil di samping jendela kamar condo kami seraya menatap burung-burung dara itu.
Ah…. Indahnya…
Peningkatan tekhnologi terbaru membuat suamiku memutuskan untuk menerima tawaran ke Kuala Lumpur(KL), Malaysia. Rencana yang telah kami susun, kami analisa, kami “matangkan”…
Awal November 2007, Kakak kami menikah. Kami “pulang-pergi” Jakarta-Bangkok via KL, dan aku bahkan harus mengurusi administrasi kuliah sehingga harus “pulang-pergi” Jakarta-Palembang… Sejauh ini “Diamondku” sehat2 saja, begitulah kata dokterku di Bangkok.
Awal Desember 2007, kami sudah siap2 “move to KL” niih… Pokoknya sudah “tinggal ciawww” githu deh… Kubayangkan di tahun depan, aku punya dua jagoan : Sang Mutiara Kasih dan Sang Permata Hati… aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh, indah banget…. :)
Namun tiba2… hari itu 7 desember 2007, sepulang dari acara “farewell” Azzam di skul-nya, aku mengalami pendarahan hebat…. Ya Allah… :..(
Padahal dalam pikirku, “tidak lebih dari 30 jam lagi” kami meninggalkan Bangkok…
Ya Allah… sore 7 desember itu amat menyeramkan bagiku. Saat sang dokter mengatakan “ Sorry, I think she’s not life…” aku, azzam n abinya terdiam membisu, sementara hati bergemuruh ingin berteriak, hati bergemuruh ingin memberontak, berharap semua itu mimpi dan bila terbangun segalanya berjalan lancar sebagaimana perencanaan yang telah dirancang… Sungguh hari itu amat pahit. Aku tak mungkin berangkat dalam keadaan pendarahan, sehingga saat itu juga “operasi kuret” harus dijalankan… Usai menghubungi keluarga dan minta support “para senior” (alias mbak2 yg baek di Bangkok,:)), Aku berwudhu saat maghrib tiba, lalu mengikuti seorang perawat yang menggandeng tanganku ke ruang “operasi”… Hiiiiiii….. “dulu pernah sih operasi amandel, masih kecil, 6 taon lah… tapi kayaknya gak se”deg-deg-an” saat ini…”, begitulah pikiran yg berkecamuk di hatiku...
Tiga jam aku tak sadar… bius total.
Dan Diamondku telah kembali padaNYA…
Allah….. Ampuni hamba, yaaa Robb…
Allah….. Aku tau, hari ini pahit. Sungguh pahit…
Tapi Yaa Robb, aku selalu ingat “didikanMu” bahwa Pahit yg kurasa adalah obat dariMu. Hentakan indah dalam skenarioMu. Goncangan berharga dalam ayunan dan buaianMu… Allah… Allah… Allah… Subhanallah… Walhamdulillah Walaailaahaillallahu AllahuAkbar… Allah…
Tak terpikir, kami harus me-retime jadwal penerbangan, kami harus mengurus pemakaman sang Permata Hati, kami harus berangkat terpisah-pisah, kami harus mengubah berbagai schedul, kami harus merepotkan saudara/i di Bangkok, etc... Subhanallah...MasyaAllah...
“Semua Hamba dapat merencanakan segala urusan dalam hidup, dengan sematang2nya… Dan Hanya Sang Robb Sang Maha Pemberi Ketetapan yang menguasai setiap detik usiaYang Maha Mengetahui segala yang terbaik 'ntuk hambaNya". Terima Kasih Ya Allah…