Photobucket

Wednesday, January 19, 2011

Kesetiaan Bang Habib



Assalamu'alaykum wrwb... :-)
duh, minggu-minggu yang berat, (nanti di artikel selanjutnya kukabarkan tentang ini...), sungguh tidak enak dan perasaan kurang nyaman kalau sedang ditinggal suami, abinya Azzam sedang training ke Swiss, padahal cuma seminggu, dulu juga udah pernah ditinggal 3 1/2 bulan ke Afrika, dll kalau "onshore" project :-(, namun rasanya "sedang kehilangan satu kaki", atau berasa separuh jiwa sedang dibawa pergi... ❤ walaupun pernikahan kami udah "gede", menginjak usia yang ke sembilan, kami tetap kayak 'manten baru' lho... suap-suapan sering, pangku-pangkuan sering, main gendong-gendongan juga... hehehehe, makanya "I really miss him...", ❤ apalagi kalau dua bujangku ini sedang gedebak-gedebuk main, Ya Allah... "kaptennya" sedang gak ada, anak buahnya yang dua ini kayak "menjajah" ummi githu lho.... hiks... :-D

Btw, di tengah malam lalu saat terbangun menemani adek yang menendang-nendang di rahimku, tiba-tiba teringat kisah bang Habib, afwan yah baru sekarang bisa di-share, dan sebenarnya beberapa minggu lalu saat wali kota terpilih (yang baru pemilihan di Krakow) mulai bertugas, ada berita bahagia dari brothers, katanya dewan kota telah menyetujui ruangan buat sholat jum'at dan akan dipakai sebagai "masjid kecil" buat Muslim Krakow... ❤ Berita bahagia, namun hingga hari ini belum ada kelanjutan realisasinya, semoga segera dapat kita lihat aplikasinya... amiin.

Semua penduduk komplek perumahan kami mengenalnya dengan baik, sebut saja namanya Bang Habib. Beliau humoris dengan senyum khasnya, penampilannya rapi tapi lucu, namun selalu ramah. Tak ada yang mengejek atau mencemooh keadaan fisiknya, sebab dia sendiri adalah orang yang percaya diri dan terlihat bersyukur dengan keadaannya. Padahal tubuhnya, (maaf) terlahir dengan sedikit tidak normal, semacam gangguan pertumbuhan tulang sehingga badannya sangat pendek, tentu 'kurang matching' dengan kepala yang besar dan kulitnya yang gelap, begitu penilaian orang yang baru kenal padanya.

Ayah dan ibunya telah meninggal dunia, entah bagaimana ceritanya, dia diasuh oleh seorang tokoh agama di komplek tersebut, lalu kami mengenalnya sebagai “Bang Habib Si Penjaga Masjid”.

Karena rumahku dekat dengan masjid, dan kakakku juga sering menjadi mu’azzin (yang mengumandangkan adzan), otomatis keluarga dan para tetanggaku sangat akrab dengan Bang Habib ini. Kagum padanya, di usia yang masih harus bermanja pada orang tua, dia malah sudah melakukan berbagai kegiatan dengan mandiri, mencuci hingga menyetrika sendiri, merapikan ruangan kamarnya, memasak, dll, tentunya ditambah dengan 'amanah special' sebagai penjaga masjid. Bang Habib tak pernah mengeluh di saat harus lebih sering mengepel lantai masjid akibat cipratan becek air hujan, membersihkan semua WC dan kamar mandi masjid, ditambah menyapu halaman masjid yang sangat luas. Kemudian saat semakin sering ada jamaah yang banyak mengobrol dengannya, hadirlah sohib Bang Habib yang sering ikut menginap di sana, Bang Halim kita panggil namanya.

Kerja sama mereka sangat bagus, yang satu mengepel lantai masjid sisi kanan, yang lain mengepel lantai di sisi kiri. Saat yang satunya membersihkan menara dan peralatan di ruang dekat mimbar, yang lainnya membersihkan gulungan sajadah. Bang Habib menyapu halaman depan masjid, sementara Bang Halim menyapu halaman belakang, dan banyak lagi kegiatan mereka sehari-hari yang membuat keduanya semakin mencintai rumah Allah itu, laksana tinggal di istana surgaNYA, setiap hari tidak ketinggalan sholat berjama’ah—iya donk, mereka juga yang bergantian menjadi mu’azzin atau kadang-kadang membimbing anak-anak TK/TPA untuk belajar menjadi mu’azzin. Subhanalloh…


Selamat membaca kelanjutannya di link eramuslim-oase iman ini yah...

Tetaplah optimis, saling do'a, serta salam ukhuwah! ❤ (^-^)

1 comment:

muslim always said...

subhanallah, syukron dah berbagi.