Photobucket

Tuesday, May 28, 2013

Urusan Medical Check-Up (Melibatkan GAMCA)... part 1



Perjuangan di jalan itu...^_^

Assalamu'alaykumwrwb...

Lanjutan Urusan Kuwait, yah...

Saya mengetahui tentang GAMCA dari beberapa blog yang pemiliknya adalah pernah tinggal di Kuwait (maupun di negara arab lainnya), eks- karyawan di negara Arab, atau berposisi seperti saya (MCU sebagai syarat verifikasi family-visa karena join suami sebagai ekspat di Kuwait), ada pula pihak yang berusaha netral sebagai pekerja di PJTKI, silakan cari blognya, mudah 'key-word' TKI saja, dear :-).

GAMCA : G.C.C Approved Medical Centres’ Association


Jadi, departemen kesehatan di negara-negara Arab memberikan "Amanat" kepada GAMCA untuk memverifikasi klinik-klinik agar standar MCU-nya sesuai kebutuhan di negara-negara tsb. Itu secara harfiah, teorinya. :-) Pada prakteknya, GAMCA adalah kumpulan calo-pemeriksaan kesehatan, mereka yang memiliki kebijakan pribadi atas tarif MCU tersebut, kerja sama dengan klinik-klinik kecil 'CS-an' PJTKI-PJTKI, manakala hal ini tentu merugikan masyarakat luas (baik yang hanya ziarah, menjadi turis ke negara-negara Arab, yang umroh/ haji, termasuk yang merupakan keluarga pekerja seperti saya, apalagi bagi ribuan CTKI yang tentu sudah banyak mengeluarkan dana untuk urusan dokumen, dsb...) tidak bisa menggunakan asuransi kesehatan yang kita punya, lagi pula pelayanan di klinik-klinik tersebut tidak menyenangkan.

Kilas balik, januari 2013, kami menelepon Embassy Kuwait di Jakarta (telepon dari Poland), info yang kami peroleh : "Oh, bapaknya akan pindah kerja ke Kuwait. Jadi nanti di Kuwait bapak selesaikan urusan iqomah (Civil ID), lalu undang keluarga dengan family-visa. Kemudian ibu silakan membuat SKCK, diterjemahkan ke bahasa Arab dan medical check up, hasilnya dibawa kesini (embassy) serta family-visa original kiriman bapak.... Disini nanti dicap, biayanya sekian... dan sekian..."

"Klinik tempat check up- nya, Pak?" tanya kami. Ia menyebutkan. "Kliniknya banyak, bisa bebas milih.... ada klinik An-Nuur, Klinik Dewi Sartika, Klinik Assa'adah, bla-bla-bla..." ujarnya.

Saya mengandalkan telepon kembali ketika mudik, dari Palembang, bulan februari, iseng menelepon Embassy Kuwait di Jakarta, info yang saya terima masih sama. :-)Kita pikir, simple, check-up, terjemahkan SKCK, kemudian ke embassy dan cap-fam visa, selesai! Karena pada KENYATAANNYA, nanti di negara baru, kita harus check-up lagi sebelum membuat resident-card-nya. Jadi, hasil MCU di Indonesia pas sudah tiba di Kuwait~ sudah tidak terpakai lagi, boleh dilempar ke tong sampah atau buat pembungkus cabe di kulkas. Seharusnya hal ini tidak dijadikan 'projek' bagi pihak-pihak yang peduli kesehatan, yang peduli pada rakyat jelata, yang 'tau diri' dan punya rasa malu dalam mempertanggung-jawabkan amanahNya. Namun yang terjadi di bumi pertiwi, Jakarta-Indonesia, jalan lurus menjadi penuh belokan, yang simple menjadi berbelit sebagai ujian kesabaran, astaghfirrulloh...

Tanggal 31 Maret 2013 ketika family-visa sudah selesai, suami memberitahukan saya. Untuk menghemat waktu (menanti pihak DHL), kakakku menguruskan surat pengantar dari RT-RW-kelurahan, hingga kecamatan (di postingan lalu, tentang SKCK), dan Saya menelepon ulang pihak embassy Kuwait di Jakarta untuk minta nomor telepon klinik buat MCU. Saya pikir, kita pasti perlu 'appointment', kudu hemat waktu dan tentunya hemat bea-sewa mobil dan bensin kalau perginya sekalian ke beberapa tempat :-).

Menurut info di berbagai blog teman, klinik-klinik yang menjadi tempat MCU adalah berada di bawah naungan GAMCA. Setelah salah satu klinik saya telepon, penjelasannya begini, "Oh, kita gak bisa terima pemeriksaan bu. Ibu harus ke kantor GAMCA langsung. Di GAMCA, nanti mereka yang pilihkan klinik dan bayar disana, dipotret dan sidik jari disana juga, bu...."

Saya jawab, "Lhooo.... saya juga baca info dari teman-teman, Pak. Kalau yang ke GAMCA langsung, itu TKW atau TKI. Ini gak koq Pak. Saya bukan TKI...."

"Semuanya sekarang disamain, bu. Sebutannya, ibu privat berarti. Sekarang semua harus GAMCA yang atur. Bayar sejuta per-orang disana, bu, klinik tinggal meriksa aja..." suara di seberang telepon terkesan sudah biasa jadi calo.

Tiga atau empat klinik saya telepon, jawabannya sama! Yang lucu adalah mereka memberi nomor telepon GAMCA tapi nomornya berbeda-beda :-D, "Banyaknyo nomor GAMCA ni! Tapi website resmi dak katek, hahaaaaay..... lintah!" ujar saudaraku lainnya.

Suara di telepon, saya simpan rekamannya. Demi secuil kontribusi sebagai nurani yang membenci tindak korupsi, saya tak gentar menghabiskan pulsa telepon, menelepon ulang kesana-kemari meskipun mereka 'ping-pong' juga kesana-kemari. Saya telepon lagi embassy Kuwait, "Assalamu'alaykum, Pak Azhar..." beliau ini petugas yang menerima berkas kalau anda ke Embassy Kuwait di Jakarta. Saya rasakan getaran suara beliau mulai gugup dan gusar sewaktu saya tanya begini, "Pak, Saya sudah menelepon klinik-klinik yang bapak rekomendasikan buat medical check up, tapi kok ditolak? Katanya gak bisa janjian di telepon, harus melalui GAMCA datang langsung, masa' sih Pak?"

"Oh, iya.... itu peraturan baru, bu. Sepertinya mulai baru-baru ini, ibu ikuti aja aturan GAMCA."

"Bolehkah saya tau, peraturan pemerintah nomor berapa yah Pak, tentang GAMCA ini?" "Ada peraturannya, bu.... ada.... " (Jaka Sembung bawa golok, nih...) "Ya Allah, Pak.... Masa' mahal sekali, di Poland aja kalau check up semuanya, paling mahal 300 ribu rupiah, itu pun gratis karena sudah punya kartu asuransi. Apakah bapak mengetahui bahwa pihak GAMCA minta satu juta rupiah tanpa transparansi yang jelas?"

"Oooh, kalau itu kita di Embassy gak ngerti, bu... Kami cuma ngecap aja, hasil medical, SKCK, family-visa, udah. Kalau urusan di GAMCAnya, yah kita gak ikut mencampuri, bu...." terburu-buru ia tutup telepon tanpa mendengar ucapan terima kasihku.

Hfffiuh, saya mulai menimbang lagi~ Saya rasa, lebih baik tidak usah ke Kuwait, batinku. Sebab di satu sisi, suamiku pun akan pindah tugas lagi (Alhamdulillah, pemuda cerdas, sholih dan istiqomah tentu kian dikucuri rahmat dan berkahNYA, insya Allah... ;-)).

Malah ada klinik yang saya telepon, petugasnya beda-beda 'tiga line telepon' seraya ada bisik-bisik, "yang ke Kuwait...Kuwait...pssst". :-D

"Untuk petugas buat pemeriksaan Kuwait, belum ada infonya bu..."

"Tapi saya cuma mau check up aja, saya bukan TKW, Pak..." (lagi-lagi) kataku.

*hening* "Ooooh, kurang tau saya bu, ini khusus TKI disini check upnya. Saya gak tau kalau yang non TKI, ya bu..." bingung suara di seberang.

Prosedur oh prosedur... :-)
Suamiku bilang, "Datang aja, say.... atau kujemput?" (gak-lah, kataku. Kalau berangkat, daku bisa bawa anak-anak sendiri, tidak apa-apa...) Cuma masalahnya, alangkah kasihannya gara-gara berangkat ini, pihak yang makan duit haram jadi banyak, gitu lho.... *jujur banget* kasiaaaan dengan keluarga owner-GAMCA ini, anak-bininye makan kotoran minum air got, naudzubillah!

Suamiku menyemangati lagi, "Rezeki Allah Maha Luas. Kalau kamu banyak ditodong pungli, ikhlaskan.... usahakan dulu semaksimal mungkin urusannya selesai. Nanti, pasti Allah ganti, pasti! Dan kamu jadi tambah ilmu, bisa memahami perjuangan TKI atau TKW dibully oleh banyak pihak ~yang notabene anak negeri sendiri..." Benar juga, waktu di Kuala Lumpur dan Poland, saya banyak berjumpa pekerja Indonesia. Bisa disimpulkan bahwa nasib mereka masih jauh lebih baik dibandingkan para pekerja di tanah Arab. Dari sejak pengurusan keberangkatan, keberadaan di lokasi tujuan, dalam keseharian di tanah Arab hingga mudik atau pulang kampungnya~ tak henti dibully dan bully, sebentuk perdagangan manusia yang bahkan pemilik kuasa di kursi empuk masih terus 'menutup mata, telinga dan hidungnya' meskipun bau bangkai terus beredar ke arahnya. SDM yang diiming-imingi setitik koin emas dan perjalanan haji karena lokasi yang dekat, padahal kehinaan dan diskriminasi selalu didapat, hingga jiwa dan raga bisa cacat!

Brother Furqon dan Sisters di Krakow menyemangati, "Sabaaaar...." yup, teguklah jutaan pil sabar jika kamu akan mengurusi kepindahan ke tanah Arab, sabaaaar, karena justru di sini jauh lebih banyak berurusan dengan 'kejahilan', sabaaar Ry... :-D

Lanjut kembali pada topik, perjuangan check up. Setelah SKCK kuserahkan pada penerjemah tersumpah (Pak Ahmad), mobil sewaan menanti di bawah pohon, area mega kuningan, Saya menelepon ulang beberapa klinik "naungan GAMCA" lainnya. Lucu, hahahaha.... "Ini bukan klinik bu. Ini distribusi rokok..." begitu salah satu suara di seberang telepon.

Kutelepon lagi, kali ini klinik Dewi sartika (sama, rekomendasi Embassy Kuwait juga!). "Halo, assalamu'alaykum.... Pak, Saya mau bikin jadwal check kesehatan untuk beberapa menit lagi, bisa gak yah?"

"Klinik?! Bukan bu, kalau klinik sudah tutup.... ini sekarang tempat teraphy jantung, bu." suara seorang kakek di seberang sana. :-D

Di klinik Assa'adah, ini sudah kelima kalinya nelepon, orangnya bilang, "Bisa bu, checknya sekarang, asal bawa surat dari GAMCAnya..." Begitu dahsyat "PREMAN GAMCA", sampai urusan kesehatan bisa dikomersilkan, subhanalloh! (^_*)

Saya putuskan untuk datang langsung saja, klinik terdekat yang bisa kami kejar di jam macet itu adalah klinik An-Nuur. Wuuuus, sopirku hafal jalanan ibu kota, 30 menit langsung nyampe. Itu sudah hampir jam 3 siang. Masuk ke klinik An-Nuur tersebut, bentuknya kayak rumah biasa (di pinggir jalan), di dalamnya bertemu seorang wanita di bagian informasi. Kami disuruh masuk ke dalam, di dinding-dinding ada info-info buat TKI/TKW (tidak ada satu info pun tentang MCU bagi keluarga atau turis, semua adalah info urusan TKI/TKW). Di depan satu ruang besar ada loket, dua orang duduk disitu, sedangkan di ruang besar tersebut duduk para calon TKW (sepertinya). Saya mengucapkan salam dan bertanya pada mbak yang duduk di loket tersebut, saya sebut saja mbak Judes (karena jawabannya amat ketus dan mukanya tidak ramah, tidak tega memotretnya, nanti kalau dipajang disini, 'tambah tidak ada yang mau memperistrinya', (iya alasan logis...)hehehe)

"Mana kwitansinya?" katanya cemberut.

"Oh, saya bukan TKW, mbak.... saya mau minta check up, trus bayar disini."

Oalah, saudara-saudara, check up itu, kalau di negara lain....terserah mau kita lakukan berapa kali dalam setahun, 2 kali kek, 3 kali kek, atas keperluan liburan ke mana kek, inisiatif dokter kek, dan ragam alasan, kita kan peduli kesehatan, tandanya begitu. Namun kalau di Indonesia, naaaah, yah beginilah.... namanya check up harus dikhususkan karena mau "Jadi TKI/ TKW", sempit sekali pikiran seperti itu!

"Walau bukan TKW, sama aja, bu... Sekarang semuanya harus daftar di GAMCA..." Mbak Judes makin ketus.

"Jadi, anda menolak meriksa kami? (Saya dan anak-anak) Boleh mbak kasih tau saya, Undang-Undang tentang GAMCA dan aturan harus minta kwitansi dari sana, UU nomor berapa?" tegasku.

Mbak Judes jadi gugup tapi mukanya mulai emosi campur takut, "Bu, Saya cuma kerja disini, Kami gak tau bu, Kami cuma memeriksa atas rujukan GAMCA, tidak bisa meriksa kalau gak dari GAMCA, bu. Itu aja...Pokoknya itu aturan GAMCA..." ya udah, kita tinggalin deh, ntar mbak Judes jadi nangis, kita tambah pening dong kalau harus beli balon, wkwkwkwk....

*Banyak-banyak istighfar*

Karena lapar, kami mampir ke resto terdekat. Sekalian di dekat area itu, ada ATM, saya ambil seperlunya buat hari itu. Mbakku nge-klik-klik blog dan web lain yang meng-infokan alamat GAMCA, karena itu si GAMCAnya baru pindah. (Bayangkan.... emak-emak bawa babbies 4, satunya ponakanku... mondar-mandir ngubek Jakarta (^-^) that's me, *berasa remuk nih badan* hihihihi, maaf yah, banyak teman yang belum sempat ketemuan di Jakarta :-*)

Ketika menemukan alamat GAMCA yang baru, lokasi di Gedung Binawan Jl. Kalibata Raya No 01. (info : Siapkan foto 4×6 empat lembar, foto kopi paspor, dan uang 1 juta rupiah untuk ditransfer ke rekening~kalau pengurusan satu hari keesokan harinya, namun cash 1 juta untuk langsung kasih ke kantor GAMCA) kami meluncur kesana, jam 4 sore, lari-lari menuju kantor GAMCA, *karena dalam blog WNI lain, infonya jam 5 klinik-klinik tsb tutup*.

Oke, tibalah di dalam kantor GAMCA, BB habis batere, numpang colokin charger sebentar seraya memotret situasi :-). Panjang yah ceritanya, (masih panjang lagi lho!) insya Allah saya lanjutin di postingan berikutnya....

Suasana Kantor GAMCA, ratusan CTKI menanti proses MCU, ada pula agen travel umroh...Masya Allah!





Bunda, Dek Zaza dan Bang Sayyif

:-)

Semoga Allah ta'ala senantiasa melimpahkan kemudahan dalam semua urusan dan permasalahan yang dihadapi sobat semua, aamiin... Semangat beraktivitas!

Salam Ukhuwah dari Krakow Kuwait ^^, Barokallohu fiikum :-)

@bidadari_azzam :-)

2 comments:

fiu s said...

GAMCA Indonesia ....hehehe salam ukhuwah ... http://choppie88.blogspot.com

bayanjeka said...

Kayanya saya sudah jadi korbannya deh....sudah 3 kali nih...padahal cuma untuk visa 3 bulan...dan kata teman saya bisa kok ke middle east tanpa melalui gamca...waduh...