Photobucket

Tuesday, September 28, 2010

Menyapa dan Tersenyum



Tiba-tiba di lift itu kulihat sesosok muslimah, namun karena posisi lift sangat jauh dari tempatku berdiri, tak sempat lagi untuk mengejarnya, kulihat ia menoleh ke arahku, maka refleks kulambaikan tangan, dan ia pun membalas lambaian itu sambil mulutnya melongo, Saya tau, sudah beberapa muslimah melongo seperti itu kalau berjumpa denganku, sebab muslimah di Krakow hanya dalam jumlah hitungan jari tangan.

Mungkin saja ia terburu-buru, mengejar jam terbang pesawat untuk kembali ke kotanya, pikirku. Di lain waktu, awal pindah kami, saat mendaftar di dewan kota, seorang pemuda yang ternyata asal negeri jiran mendekatiku, “assalamu’alaykum…muslimah kan…?”, katanya. Kujawab salamnya, lalu kupanggil suamiku yang tengah antri di daftar registrasi, maka kami semua berkenalan dengan sohib tersebut.

Juga beberapa bulan lalu, tatkala seorang bapak tua, ternyata berasal dari jazirah arab, di tram ia mendekatiku, “excuse me… muslimah?”, saya jawab, iya, tentu saja. “Allahu Akbar! me too, Take care…”, katanya seraya melambai turun tangga karena tiba di stasiun tujuannya. Sapaan kecil seperti itu, secuil dan dalam waktu yang pendek, namun mampu menghibur hatiku. Betapa bahagianya mengetahui di kota kecil sudut eropa timur yang dulunya mayoritas komunis atheis dan katholik, ternyata sudah banyak penghuni muslim walaupun masih terpencar-pencar di berbagai tempat.

Lanjutannya baca di link Eramuslim yah say...

Semoga bermanfaat, amiin. :-)

Wednesday, September 22, 2010

Sakit Merupakan Surat Cinta-Nya



Sakit Merupakan Surat Cinta-Nya
Oleh bidadari_Azzam

Sudah berbulan-bulan sejak datangnya musim semi, kami sekeluarga merasakan nikmat sehat yang sangat indah. Setiap hari bisa beraktivitas dengan semangat, berselera makan dan minum, menikmati es krim, dan dapat bertadabur alam di nuansa penuh bunga serta menapaki bangunan-bangunan tua, khasnya Eropa.

Lalu saat sukses melalui ramadhan dan awal syawal, kami masih kuat melakukan perjalanan ke luar kota sebab merindukan suasana masjid warszawa, serta menghadiri undangan KBRI Poland. Namun hari ini, kala sekolah anakku sudah mulai belajar serius pasca liburan panjangnya, ternyata nikmat kesehatan sedang diujiNYA kembali.

Alhamdulillah...Yah, sejak pergantian musim, awal musim gugur yang begitu kencang anginnya, suhu pun mulai menurun, lalu saat satu anak di sekolah sakit, maka semua temannya tertular sakit, termasuk sulungku, dan akhirnya kami sekeluarga pun “enjoy bersama”, flu bareng, demam bareng, batal piknik ke luar kota hari ini. Saat menelepon keluarga di Indonesia pun, ternyata keponakanku sedang sakit, ada tumor kecil yang harus dioperasi.

Adakah kalian pun sedang sakit, saudaraku…? Ternyata kami di rumah masih lebih sehat dibandingkan sohibku (sebut saja) Ashma, beliau tengah membuat roti dan memasak menu lain, lalu tiba-tiba terjadi kecelakaan di dapurnya, minyak goreng tersiram ke lengannya, dalam kesakitan ia memanggil pihak rumah sakit untuk segera ditolong. Kami mendengar ceritanya setelah dia mulai pulih beberapa hari ini, jadwal beraktivitas harus diubah, bahkan ia sedih karena tak dapat menemani pamannya berjalan-jalan, padahal sang paman tengah berkunjung dari Turkey.

Juga Mrs Leny (sebut saja demikian), guru bahasa Polandku. Awal bulan tadi hingga kini, dia dan anaknya bergantian sakit, lalu suatu siang ia meneleponku, “maaf Ri, kita tak bisa belajar hari ini… ibuku masuk ICU, serangan jantung,” katanya…

Dan seminggu setelah ibunya keluar dari rumah sakit, ia dikejutkan dengan serangan jantung pertama bagi suaminya, “ah…ri… Saya tak tau lagi bagaimana ini… Saya terus-terusan menginap di rumah sakit…”, keluhnya padaku berbahasa Poland. Saya hanya dapat mengucapkan turut bersimpati padanya, Saya dengarkan ceritanya bahwa banyak jadwal belajar yang harus diubah, betapa lelahnya ia pulang-pergi menyopir sendiri ke rumah sakit, lalu kembali ke rumah untuk memasakkan makanan ibunya, lalu menguruskan keperluan belajar anak-anaknya, dll.

lanjutin baca di link eramuslim ini saja yah... barokalloh!

Friday, September 17, 2010

Remember : Iedul Fitri Tetaplah Berempati



Tersenyum geli sekaligus tetap mendo’akan keberkahan mereka, kubaca status pesan instant internet dari akun teman-temanku. Sudah banyak kepedulian terhadap saudara-saudari kita yang tengah ditimpa berbagai bencana. Juga banyak kalimat syukur padaNYA atas kesuksesan target ramadhan kali ini. Namun tetap masih saja ada yang hoby menyatakan kebahagiaan secara berlebihan, “asyiik…bajuku sudah selesai, segera ke butik hari ini!”, atau kalimat, “Alhamdulillah komplet, rendang, opor, sambal goreng ati, ketupat, lontong, sate, bakso, lebarannya jadi!”, atau kalimat lainnya, “harus beli nih, minuman itu harus punya di hari iedul fitri…”, “senengnya si adek dah beli baju baru…”, “horeee lebaran! Gak kelaparan lagi kalau siang!”, dsb… Mungkin untuk menyatakan rasa gembira di hari raya, dan secara tidak sadar telah menyiratkan “rasa bebas” setelah bulan ramadhan.

Padahal Ramadhan adalah bulan terindah, yang selalu dirindukan kedatangannya, ditangisi saat telah berakhir dan semua orang mukmin bermohon kepada Allah SWT agar dapat dipertemukan lagi di ramadhan selanjutnya. Semoga kita tak pernah lupa untuk tetap merangkai do’a saat ramadhan telah dilalui, “Doa seorang muslim kepada saudaranya secara rahasia dan tidak hadir di hadapannya adalah sangat dikabulkan. Di sisinya ada seorang malaikat yang ditunjuk oleh Allah. Setiap kali ia berdoa untuk saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut berkata (kepadanya): “Ya Allah, kabulkanlah, dan (semoga) bagimu juga (mendapatkan balasan) yang sedemikian.” (HR. Muslim)


Saudara-saudariku, bagi yang belum pernah bertemu dengan saudara kita dari negeri lain atau cuma sempat membaca berita-berita dari jauh selintas saja, mungkin memang belum mengetahui betapa sakit dan hancurnya hati sahabat-sahabat kita di tempat lain. Peristiwa Gaza masih berdarah entah sampai kapan, di Pattani, Mindanao, Pakistan, Afghan, dan sebagainya, termasuk meningkatnya kemiskinan akibat krisis di Yunani, dan yang paling dekat dengan kita, saudara-saudari korban lumpur lapindo masih senantiasa sabar menanti keadilan dan ketenangan hidup. Salah satu saudara yang kuhubungi via email menceritakan betapa bersyukurnya beliau, keluarga kakaknya yang saat ini masih menumpang di rumah keluarga lainnya dalam keadaan sehat dan dapat melaksanakan ibadah puasa dengan lancar. Subhanalloh, sehat adalah nikmatNYA yang besar. Sementara masih banyak keluarga korban lapindo lainnya yang mengalami goncangan jiwa, stress, pikiran berkecamuk campur aduk tentang rumah dan sawah yang lenyap, sekolah anak yang terputus, pakaian yang itu-itu saja, dan uluran tangan pemerintah yang dirasa setengah-setengah hati alias tidak serius dalam penyelesaian problema tersebut. Bahkan berbagai isu di negeri kita benar-benar menutupi problema urgen bagi rakyat.


Selanjutnya baca di link eramuslim ini yah... :-)

Semoga Bermanfaat! (^-*)

Thursday, September 16, 2010

Seuntai Pesan Tentang Isu Pembakaran Alqur'an



Bismillahirrohmaanirrohiim,
Assalamu'alaykumwrwb...

semoga tulisan ini bermanfaat, teman-teman...

Memasuki awal syawal 1431 Hijriyah ini, saya agak heran melihat "tempat mangkalku" di old-town Krakow dijaga oleh banyak polisi, padahal membludaknya jumlah turis di musim panas telah mereda, dan saat ini suhu mulai dingin, memasuki musim gugur. Tentunya para polisi itu menatap saya penuh curiga, kecuali polisi penjaga mal yang sudah hafal dengan kami sekeluarga sebagai orang yang sudah tinggal di sini. Para polisi yang menatap penuh curiga ternyata "hanya karena cover alias pakaian" yang saya kenakan, ditambah anak-anak yang doyan menggunakan peci.

Saya berusaha cuek, toh tidak ada yang salah dengan pakaian saya. Lalu mencari tahu melalui telepon ketika telah menemukan tempat duduk yang nyaman, menghubungi sahabat di kota lain.


selanjutnya dapat dibaca lengkap di link Eramuslim ini...

salam ukhuwah...

Friday, September 10, 2010

Teman-Teman yang Pemaaf




Assalamu'alaykumwrwb...

Teman-Teman yang Pemaaf
Jumat, 10/09/2010

Oleh bidadari_Azzam

Tiga tahun lalu sewaktu saya baru pindah ke Bangkok, hari itu harus kembali ke Jakarta untuk ujian kuliah. Tiba-tiba ada info dari salah seorang ustadzah untuk mengadakan majelis ilmu di appartemen sederhana kami, dirasa cukup menampung ibu-ibu pengajian yang diperkirakan hanya sepuluh orang, sebab banyak yang sedang berlibur ke luar kota. Tentu saja hatiku senang menerima tawaran itu, alangkah indahnya bila rumah kita dipergunakan untuk belajar dan mengkaji ayat-ayatNYA.

Saya adalah ibu termuda di antara mereka, baru pindah pula, dan saat hari H kajian itu, rencananya Saya harus langsung ke bandara seusai acara. Buah hatiku tinggal bersama Abinya, menurut rencana di minggu depan sekembalinya Saya ke Bangkok, Abinya berangkat tugas ke Johannesburgh, Afrika Selatan.

Mengingat banyak sekali urusan yang harus diselesaikan dan tak disangka peserta hari itu ternyata lebih dari 20 orang, ditengah kepenatan Saya lupa untuk memasak nasi kedua kalinya (Saya menggunakan rice-cooker kecil), padahal biasanya ibu-ibu selesai mengaji saat jam makan siang, tentu lapar, kebetulan mendadak di hari itu pula, seorang ibu akan berpamitan pindah ke negara lain. Dan beliau membawa stok lauk pauk dari kulkasnya untuk dimasak di tempatku.


baca lanjutannya di link era muslim sini saja yah say....

Salam Ukhuwah!
(^-^) barokalloh all mosleems...

Monday, September 6, 2010

Optimis : Kehilangan Bermakna Tambah Rezeki

"my flower"

:-)
Bismillahirrohmaanirrohiim...
Beberapa waktu lalu, saya membaca berita tentang seorang saudara kita yang mengalami kehilangan laptopnya. Syukurlah, beliau adalah orang yang pandai memetik hikmah dan yakin bahwa Allah SWT pasti mengganti dengan yang lebih baik. Saya pun jadi terkenang ucapan mamanda, “setelah membaca innalillahi wa inna ilaihi rojiuun, sebaiknya kita rangkai dengan ucapan Alhamdulillahirobbil ‘alamiin pada saat kehilangan sesuatu...“

“Lho koq hamdalah…?” protesku waktu itu.

“Tentu saja karena setelah kejadian hilangnya sesuatu, pasti kita akan memperoleh rezeki yang jauh lebih besar dan barokah…” nada optimis beliau menutup percakapan kami.

Saat merasakan kejadian yang menimpa diri sendiri, dihadapkan pada peristiwa kehilangan sesuatu, barulah saya menyadari bahwa kata-kata bijak mamanda adalah benar. Dan diri ini menjadi makin optimis.


Delapan tahun lalu saat memulai episode baru, saya dan suami ngekos di sekitar kampus ITB, Bandung, lalu pindah ke dekat Geger Kalong. Selain sering menikmati makanan di Kantin Salman. Menu sahur dan buka puasa favorit kami adalah sup buah dan nasi rendang Pak Seroja, tak jauh lokasinya dari Daarut Tauhid. Mengingat kami telah hidup mandiri, tentu harus punya tabungan alias “dana tersimpan” yang tidak boleh diganggu gugat, sebab itu untuk keperluan iuran kuliah per semester.

...
Lanjutannya baca di link eamuslim ini yah ...