Photobucket

Tuesday, November 30, 2010

Bermula Dari “Hanya Berjabat Tangan”

Assalamu'alaykumwrwb... lama juga gak di-update, nih... afwan yah, emak-emak sedang sibuk membagi waktu. :-D

Simak artikel ini aja yuuuk...

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ,“Sungguh jika kepala seorang laki-laki ditusuk menggunakan jarum dari besi itu masih lebih baik dari pada menyentuh perempuan yang tidak halal untuk dia sentuh” (HR Thabrani.

Sedari masa sekolah, hadits tersebut dan hadits lain yang sehubungan dengan persoalan jabat tangan “dengan lawan jenis” sudah diberitahukan oleh guru agamaku.
Namun karena memang di lingkungan sekolah dan perumahan tempat kami tinggal umumnya pergaulan masyarakat tidak islami---dan tidak pula terlalu bebas seperti sekarang ini, maka hal-hal yang agak tabu akan menjadi gossip hangat.

Contohnya beberapa belas tahun lalu, mulai ada kakak senior yang memperkenalkan kepada masyarakat tentang acara resepsi pernikahan yang bernuansa islami. Dalam undangannya yang sederhana, ada catatan : Hendaknya tamu berpakaian yang menutup aurat, dan tamu laki-laki & perempuan akan disediakan tempat duduk terpisah.

Para undangan yang sudah berburuk sangka langsung mencemooh dan berencana untuk tidak hadir. Sedangkan para undangan yang hadir, sibuk melempar segala prasangka yang tentu menjurus kepada fitnah.

Dari sekedar kata-kata, “aneh-aneh aja nih acara, aliran apa sih mereka ini?”, atau “gila! Pengantennya sok suci banget, gue ngajak salaman eeeh… dia cuma mendekapkan tangan di depan dada, ckckckck…”, atau “ya ampuuun, koq nikahan kayak gini, pengantinnya dipisah-pisah, tamu dipisah-pisah, gak ada goyang dangdutnya pula…”, hehehe, bahkan sampai ada yang bergosip bahwa orang tua pengantin tidak bisa mendidik anaknya dengan baik (karena sampai jadi aneh begitu) dan tidak punya dana yang cukup buat menyewa tim penghibur yang keren untuk pesta yang seharusnya meriah itu.

Apalagi tidak ada sesi photo “pre wedding”, ngirit banget tuh yah… Juga saat acara selesai, ternyata pengantin yang kedatangan tetangga-tetangga dekat sebagai panitia kecil acara itu, tetap mengundang rasa curiga, pengantin laki-laki hanya mau berjabat tangan dengan para bapak, sedangkan pengantin perempuan hanya mau berjabat tangan dengan para ibu.

Masyarakat yang doyan bergosip itu pun melanjutkan obrolan kemana-mana, saat sesi belanja di tukang sayur, saat arisan, dsb…Pokoknya “tuh keluarga pengantin aneh” itu diingat-ingat sepanjang sejarah deh.

Naudzubillah, kasihan sekali para manusia berlidah kotor seperti itu. Sedangkan justru keluarga pengantin itu adalah pionir dan teladan yang baik, saat ini sudah banyak para junior mereka yang “meniru” adab pernikahan islami, sederhana, bersahaja, tidak ikhtilat, dan tidak berlebih-lebihan.


Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan), dan janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk(fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Wahai orang-orang yang beriman! jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS Al-Hujurat : 11-12)



Juga cerita lainnya, saat Munirah melapisi kain hijab di tangannya kala bersalaman dengan pejabat dan rombongan bupati yang mengunjungi madrasah kecil di kampungnya.
Masyarakat sibuk bisik-bisik melulu, “menuduh” bahwa Munirah “ekstrim”, toh jabat tangan dengan pembesar adalah kebanggaan, bila perlu dipoto dan dipajang di ruang tamu, begitu pikir mereka. Oalah… Saya juga jadi ingat masa kecil, waktu teman-teman sibuk berebutan salaman dengan presiden saat dia datang ke kompleks perumahan kami.

... Lanjutannya baca di era muslim sini aja, yah... :-)

Salam Ukhuwah!

Monday, November 15, 2010

Secoret Kisah Muslimah Turkey


Assalamu'alaykumwrwb...


Secoret Kisah Muslimah Turkey


Hari itu kami mulai mengulang kajian ayatNYA, tentang makna surat Al-Fatihah. Sedari awal, kami sudah merasakan getaran cinta makna ayat pertama,
Bismillahirrahmanirrahim , “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. Merasakan betapa besar kasih sayang Allah SWT kepada kita semua, membayangkan semua nikmat yang telah kita terima dariNya. Nikmat udara saat bernafas, nikmat penglihatan, nikmat pendengaran, adanya keluarga, teman-teman, nikmat sehat jiwa dan raga.

Apakah kita sudah berterima kasih padaNya ? Benar-benar berkaitan dengan kondisi kami saat ini, merasakan kasih sayang dan sifatnya yang maha pengasih serta pemurah, dengan skenario hebatNYA nan terindah kami dipertemukan satu-persatu sehingga dapat merasakan jalinan cinta persahabatan yang paling indah, ukhuwah Islamiyah. Rasakan pula getaran itu dihati anda, hingga dapat timbul dorongan untuk menangis. Merasakan bahwa rasa syukur kita hanyalah setitik bila dibandingkan dengan selangit anugrah dan rahmatNYA selama ini.

Kemudian setelah berlanjut pada ayat demi ayat indahNYA, Yasmin, sahabat kita dari Turkey (Turki) ikut berbagi kisah. Beberapa hari lalu adalah puncak “hot news” di Turki, yang mana pemerintah akhirnya mencabut “Larangan Memakai Kerudung (menutup aurat) Bagi Mahasiswi”. Yasmin dan semua muslimah Turki tentunya bersujud syukur dan merasa sangat bahagia dengan keputusan tersebut. Allahu Akbar!

Beberapa tahun lalu, suami Yasmin yang merupakan salah satu mahasiswa berprestasi, berombongan dengan puluhan mahasiswa lainnya yang berbeda bangsa di seluruh dunia, mengikuti study banding ke Indonesia dan Malaysia (jadi lucu juga kalau membaca berita tentang ibu pertiwi, koq malah anggota dewan sedang berebutan study banding ke eropa…padahal yang dari Eropa malah “mupeng banget”(muka kepengen,maksudnya) ingin mengunjungi Indonesia, termasuk untuk study banding).

Dalam lawatan itu, brother kita yang dari Turki sungguh merasa terkaget-kaget melihat semaraknya pendidikan di kedua negara. Anak-anak di sekolah TK, SD, SMP, SMU sudah memakai pakaian yang sangat islami lengkap dengan kerudung (yang sering dikenal masyarakat sebagai jilbab), sedangkan sahabat kita itu menyebutnya “scarf”, karena memang kain kerudung yang biasa dipakai sering pula dijadikan syal. Mereka di Turki selama ini memang tidak memiliki kebebasan memanjangkan kain kerudungnya, jadi bentuk jilbabnya yah yang sebatas leher, urusan bentuk tubuh lainnya “diakali” dengan pakaian yang longgar dan tetap syar’i. Jadi kita ini sebagai muslimah Indonesia jangan malah “jadi mundur” dong, koq dulu kerudungnya panjang dan bebas menutup aurat, eh…sekarang malah bahannya menciut, kainnya transparan, diikat sebatas leher bahkan bisa sesak nafas lho, malah sering kebanyakan hiasan dengan alasan “modis, modern, dan trend sesuai fashion”. (naudzubillah…)

Kelanjutannya, baca ke Oase Iman ~Eramuslim ini yah :-)

salam ukhuwah!

Sunday, November 14, 2010

Menata Emosi : Tetap Penuh Kasih



Assalamu'alaykumwrwb...

Beberapa tahun lalu, Saya melihat seorang ibu tengah mengomeli anaknya, “nih nyebelin banget! Makan mulu gak brenti-brenti… kalo minum, airnya tumpah mulu… emaknya gak bisa istirahat…”, bla..bla, dan seterusnya.

Sang ibu memang sering “blak-blakan” bahwa pusing menghadapi situasi ekonomi, uang belanja yang setiap hari terasa makin tidak mencukupi sebab kebutuhan yang kian meningkat, padahal konsumsi anak-anak cukup banyak, terutama di masa pertumbuhan.

Belum lagi biaya listrik, air, dan kebutuhan lain yang terus menjulang. Hal tersebut ternyata bisa meningkatkan emosi, mengurangi ungkapan dan kata-kata sayang kepada keluarga.

Di lain masa, ada ibu yang mudah sekali menjadi beringas dengan (menampar) memukul pipi, menarik telinga atau menjambak anak di saat emosi meninggi, latar belakang masalah tentu berbeda, emosi bisa naik gara-gara hari itu belum gajian, tidak dapat diskon belanja di pasar, atau bahan masakan sudah habis namun kantong menipis, ada pula gara-gara ibu sibuk mengurus skripsi karena masih kuliah, dll (seperti pengalaman pribadiku tentunya), astaghfirrulloh…

Suatu ketika di lain waktu, Saya mengunjungi rumah seorang ustadzah di dekat kampusku, selama beberapa jam bercakap-cakap disana, diskusi dan mendengarkan tausiyah beliau, dua anaknya sedang pergi bersekolah, tiga anak kecil di dekat tempat kami duduk yang ternyata anak-anak beliau sedang konsentrasi menyusun puzzle, permainan yang sangat disukai anak-anak.

Ada saatnya bosan, salah satu anak menuju dapur, mengambil segelas air, lalu meminumnya, namun tertumpah di baju dan lantai. Segera sang bunda mendekat seraya berkata, “wah pintarnya…mengambil minuman sendiri, hebat anak bunda!”, lalu dengan cekatan mengelap air di lantai dan membuka baju si anak yang basah, anaknya berlari ke arah kamar, mengambil baju ganti, saat keluar ruangan, telah berpakaian rapi kembali.

Sedangkan dua anak lain, ikut menuju dapur, sibuk mencari makanan lalu bersuapan gorengan dan buah yang mereka temukan di atas meja. Kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu rumah, ternyata seorang petugas yang biasanya menagih iuran listrik dan air, sang ustadzah pamit sebentar dari hadapan kami, lalu membayar iuran tersebut, ia lebihkan dananya seraya berkata perlahan, “kembaliannya buat bapak yah…”, pak tua penagih iuran itu mengucap terima kasih.

Saat duduk bersama kami kembali, sang ustadzah berkata, “bulan ini iuran listrik dan air naik lagi lho…”, seraya tersenyum. Saya teringat bahwa banyak ibu-ibu yang saling curhat mengenai sekelumit dana rumah tangga, apalagi inflasi yang begitu cepat. Sehingga tergelitik untuk bertanya, “tapi koq tenang-tenang aja yah,ummu? Padahal banyak orang yang ngedumel, kesal, apalagi Saya lihat ummu tenang dan nyantai aja sikapnya, sama anak-anak pun tetap penuh kasih sayang, di tengah kepenatan dan kondisi finansial yang juga membuat kepala pusing…”.

“Saya juga punya masalah, neng…pusing juga urusan dana keluarga yang harus diatur dengan baik, kebutuhan terus bertambah, sedangkan pemasukan tetap gak jauh berbeda…”, beliau menjawab jujur.

...kelanjutannya baca di link Oase Iman Eramuslim ini saja yah...
:-)

salam ukhuwah, semoga Allah SWT senantiasa memberkahi langkah kita, amiin...

Perjuangan Muslim Krakow

Brother Usman, sebut saja namanya begitu, dua puluh tahun dia sudah habiskan masa hidup di krakow, kota tua, tempat lahirnya Paus Paulus II. Tentunya dia “dituakan”, disegani dan diharapkan sebagai motivator dan penggerak kemajuan serta semangat muslim yang merantau disini.

Berat, lelah, sakit hati sudah pasti sering dirasakan oleh saudara kita sesama muslim, sebab di berbagai sudut kota, masih kentara sisa-sisa komunis, wajah-wajah sangar yang memerah seraya meneguk minuman keras, warung alkohol bertebaran dimana-mana, membeli kue-kue pun harus lebih hati-hati, banyak campuran coklat dan isi kuenya mengandung alkohol, serta tak ada daging halal disini kecuali memutuskan untuk menyembelih sendiri.

Itulah alasan segelintir provokator menyebut kaum muslimin adalah makhluk “teraneh sedunia”, makanannya milih-milih, tidak boleh makan daging babi, juga daging lain yang “aturan sembelihnya tidak sesuai hukum Islam”, tidak boleh minum minuman keras---padahal sehari-hari ‘root beer’ itu bagaikan mengonsumsi air putih bagi orang-orang sini. Maka apabila penduduk pribumi mulai ‘kurang ajar’ menyodori dengan sedikit memaksa untuk meminum minuman keras itu, saudara kita muslimin mengalami ujian, pilihan pertama adalah mulai berbaik-baikan dengan tetangga, lalu hidup berdampingan secara “terlalu damai”, sering ikut mencicipi makanan dan minuman non halal tersebut.

Pilihan kedua adalah hidup menyendiri, cuek terhadap para tetangga, menjadi lebih keras hati untuk mempertahankan sikap istiqomah sebagai muslim. Pilihan kedua ini berat lho… Ada banyak alasan yang menyebabkan saudara kita menjadi sosok yang pertama, dalam sejarah perjuangan Polandia sendiri pun, kaum muslim tartar merupakan kaum pejuang yang turut membela tanah airnya, namun “identitas muslim” menjadi samar bagi mereka sejak ikut mengonsumsi alkohol, menikah campur (menikah dengan orang nonmuslim, terutama muslimah kebanyakan, sebab “stok” lelaki muslimnya amat sedikit). Saya sebagai pendatang yang baru satu tahun menetap disini, tentu tak pantas berkomentar apa-apa.

Begitu pun muslim dan muslimah lainnya, di Krakow khususnya, banyak yang memandang brother Usman dengan penuh tanda tanya, seolah berkata, “apa hasilnya antum 20 tahun disini tapi tidak ada “basecampnya” umat Islam?”. Namun, tersindir dari ayatNYA “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh mala-petaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214).


Selanjutnya, teruskan di link eramuslim ini, yah say....

salam ukhuwah, semoga tetap saling do'a. :-)

Thursday, November 4, 2010

Bapak Tercinta...oh kangennya!

Aku lagi kangeeeeen banget sama my mom and dad....
susah deh digambarkan, pengen kupeluk erat mereka! kuciumi lama-lama, trus minta suapin nasgor plus martabak har dan pempek Plembang....ohhhh.... rasa kangen itu sudah amat sangat membuncah. payah juga kalo' tinggal di Eropa, gak bisa sering pulang, oooh.... kalau di Sing or KL, kan, Saya bisa mondar-mandir dengan mudah kalau lagi kangeeeen....

Akhirnya terjawab juga kenapa sekangen ini, "mungkin bawaan adek bayi nih", hehehe... iya, ternyata aq + (positif) lagi, oooh.... dan ditundalah jadwal "kangen nan utama yaitu ke Baitulloh" tahun ini.
Mohon do'a teman-teman, semoga rasa kangen ini segera lancar terobati.

:-) lalu dengan berurai air mata, kutuliskan kisah ini, :-)
baca aja yah... Sosok bapak Tercinta-oase iman, Eramuslim

Salam kangeeeeeeeeeeeeeeen.... photo my lovely daddy yang amat ganteng itu ada di blog ini juga lho...hehehe.

Wednesday, November 3, 2010

Sikap dan Reaksi Saat Marah

pic warga tawuran from googling


assalamu'alaykumwrwb...

lama gak menyapa teman-teman blogger, bukan berarti lupa, insya Allah do'a-do'a tetap teruntai agar tali ukhuwah kita tetap erat. :-)

Btw, lagi-lagi kali ini aq share artikel "isi hati" saat membaca berita-berita tanah air...

Kubaca banyak berita kala senggang pagi seraya menyusui, anehnya berita dari “negeri cantik gemah ripah loh jinawi” itu selalu mengangkat tema amuk massa, tawuran, tuntut-menuntut, tujah-menujah, bahkan wanita yang tengah berjuang saat hamil, saat berada dalam amarah, hingga bisa tega menghabisi anak kandungnya sendiri... emosi bisa jadi naik jika ikut terprovokasi warga sekitar, juga media, tentu lagi-lagi media memiliki peran besar untuk mempermainkan emosi pembaca, makin banyak “tema gontok-gontokan” maka makin tinggi ratingnya, bahkan membentuk opini publik, yang benar bisa disalahkan, dan yang salah bisa melanggeng dengan “innocent” karena telah dianggap benar, naudzubillah…

Berita berikut foto menyeramkan korban perkelahian massal di sudut Jakarta tentu malah membuat banyak orang makin was-was alias khawatir dengan kondisi keamanan daerah tersebut, apalagi banyak “tangan-tangan tak bertanggung jawab” yang memegang, menyimpan senjata seperti senjata api, samurai, keris, dan terbiasa mengancam orang lain dengan kepemilikan senjata tersebut.

Apakah kemarahan perlu dilampiaskan dengan adu senjata? Tak diragukan lagi, Indonesia “beken” dengan “jago adu ototnya”, seorang kakek tetanggaku yang Rusia dan dari wilayah Poland lainnya, mereka ini sudah renta, sekitar 80-tahun an, tapi masih kuat dan gagah, kisah perang dunia kedua tentu merupakan cerita favorit yang mereka hafal luar kepala.

Suatu hari mereka berjumpa denganku, selain bertanya tentang pakaianku, mereka bilang (dalam bahasa Poland), “Indonesia… ummm, itu negara yang masyarakatnya sering berantem khan?”, Saya kaget bagai terjepit pintu, waw…kenapa orang tua yang tinggalnya ribuan kilo dari situ, bisa “menggambarkan” pertiwiku seperti itu? Lalu meluncur cerita zaman bom atom jepang dan sekutu serta gigihnya perjuangan para pahlawan Indonesia.


... terusannya baca di TKP-oase iman eramuslim saja, yah... ;-)